Lima Amalan agar Kita Dimuliakan Allah; Liputan Luqman Wahyudi
PWMU.CO – Shalat Idul Fitri di Lapangan Kutorejo Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan Jalan Pahlawan Sunaryo No. 18 yang dimulai pukul 06.00 WIB dihadiri 1000-anjamaah dari warga Muhammadiyah dan simpatisan.
Bertindak sebagai imam dan khatib Sukatman Abu Dafa SPd dari Lamongan. Diamenyampaikan tentang lima amalan yang membuat manusia dimuliakan oleh Allah SWT, sebagaimana firman Allah Surat al-isra ayat 70:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, dan Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
Lima Amalan
Maka untuk menjaga kemuliaan itu kita harus melaksanakan lima hal, yaitu: pertama, meluruskan ibadah kepada Allah SWT ketaatan kita kepada Allah adalah fitrah manusia.
“Maka kita harus shalih secara spriritual dan sosial untuk menjadi hamba yang taat kepada Allah SWT,” ujarnya, sambil membacakan surat al-Bayyinah ayat 5 Allah berfirman:
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus,” ujarnya.
Kedua, menjaga istikamah. “Ibadah Ramadhan membentuk ketaatan kepada Allah SWT dan harus kita laksanakan di bulan-bulan berikutnya. Dalam Ramadhan kita sangat produktif, seperti halnya Rasulullah dan para sahabat yang memberikan teladannya yang sangat produktif di bulan Ramadhan. Maka semangat itu harus kita pertahankan di bulan-bulan berikutnya,” terangnya.
Ketiga, mengikis kesombongan. Ustadz Sukatman menjelaskan tidak akan masuk surga bagi hamba Allah yang dalam hatinya ada kesombongan, meskipun dalam hal ibadah kita dilarang untuk menyombongkan diri. Dalam kebenaran kita tidak boleh sombong, apalagi ada yang salah terus sombong. Dalam Hadits Rasulullah Saw. riwayat Imam Muslim dijelaskan:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.”
Keempat, cinta kepada Allah di atas segala-galanya. “Andaikata kita cinta kepada selain Allah, maka cinta kita yang seperti itu harus diniatkan untuk menggapai cinta kepada Allah dan Rasulnya. Maka jangan sekali-kali cinta kita kepada yang lain mengalahkan cinta kita kepada Allah SWT,” ujarnya sambil mengutip firman Allah dalam surat at-Taubah 24:
قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ
Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Kelima, beribadah untuk mencapai kerelaan kita kepada Allah SWT. Dalam kehidupan kita kadang ada suka ada duka. Ada senang ada derita. Silih berganti. Semuanya itu adalah ujian dari Allah dan hal itu adalah salah satu cara dari Allah untuk menentukan hamba yang terbaik di hadapannya.
“Hamba yang baik adalah yang selalu bersyukur dan rela atas segala yang diberikan oleh Allah Swt. Mudah-mudahan kita selalu mendapatkan ridha dari Allah SWT, amin,” tuturnya.(*)
Editor Mohammad Nurfatoni