Di Panji Situbondo, Khatib Ajak Jamaah Memperbaiki Hubungan Persaudaraan, liputan kontributor PWMU.CO Situbondo; Pandu Anom Nayaka
PWMU.CO – Takmir Masjid Al-Manar Panji Permai Situbondo menggelar shalat Idul Fitri 1 Syawal 1444 di Lapangan Zakunar Panji Permai, Situbondo, Jumat (21/4/2023).
Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi Ainur Rofiq ST MM sebagai khatib menyampaikan, Ramadhan telah mengajarkan kepada kita untuk menjadi pribadi yang paripurna.
“Kemampuan kita untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita, jangan sampai kemudian setelah lepas dari bulan Ramadhan ini. Amal kita kemudian menjadi keruh kembali. Mari dalam sebelas bulan yang akan datang tetap bersemangat sebagaimana pada bulan Ramadhan dan kita tetap melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh serta kemudian mengharap ridha dari Allah SWT,” ucapnya.
“Mudah-mudahan kita yang hari ini merayakan Idul Fitri ini menjadi orang-orang yang mendapatkan kemenangan dan mengharap pahala dari sisi Allah SWT,” sambungnya.
Syarat Tobat
Ustadz Rofiq menambahkan, Rasulullah bersabda man shama ramadhana imanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min dzanbih. Yang artinya barang siapa yang puasa ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR Bukhari No 2014).
Menurut Ustdaz Ainur, sapaannya, Idul Fitri ibarat sebuah lembaran kertas putih. Tak ada kotoran atau noda yang menempel sehingga senantiasa bersih seperti air dari sumber mata air yang mengalir jernih. “Kesucian ini harus kita jaga jangan sampai kita kotori kembali. Kita memang manusia yang tidak luput dari yang namanya salah, dosa, kemaksiatan, kekhilafan dan sebagainya,” ujarnya.
“Apabila kita melakukan sebuah kesalahan maka segeralah melakukan taubatun nasuhaagar kita mendapatkan ampunan dari Allah SWT,” tambah dia.
Dia menambahkan, sebuah tobat akan diterima oleh Allah SWT minimal memenuhi lima syarat. Pertama harus ada komitmen untuk menghentikan maksiat atau dosa yang dilakukan. Kedua yaitu meminta ampun kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh.
Ketiga menyesali dengan sepenuh hati. Keempat berjanji tidak akan mengulangi kembali. Dan kelima berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya untuk mengganti kesalahan yang pernah kita lakukan.
“Di samping itu kita sebagai makhluk sosial pasti tidak lepas dengan yang namanya interaksi dengan sesama yang lainnya. Kalau memang hari ini kita mengakui mempunyai kesalahan dengan seseorang maka momentum yang pas kita untuk bersilaturahmi dan meminta maaf,” terang dia.
Menurut dia, kalaupun ada orang yang datang kepada kita maka kita juga berusaha untuk memaafkan, sebagaimana di dalam surah Ali Imran ayat 134, yang artinya “Yaitu orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.”
Jadi, lanjutnya, sikap ini yang harus kita kedepankan di dalam bermasyarakat. Yaitu berusaha untuk menahan amarah, berusaha untuk memaafkan dan kemudian kita harus berbuat baik kepada siapa pun walaupun kepada orang yang berbuat salah kepada kita.
Persaudaraan Islam
Ustadz Rofiq juga mengingatkan bahwa sesama Muslim adalah bersaudara dalam ridha Ilahi maka sudah semestinya kita harus berbaik-baik kepada sesama dengan sepenuh hati.
“Persaudaraan itu seperti hubungan tangan kiri dan tangan kanan yang tidak pernah mempersoalkan akan tetapi saling melengkapi. Untuk itu kita harus membantu siapa pun yang ada di sekitar kita, itu adalah salah satu bagian dalam rangka untuk mendekatkan pribadi kita dengan orang-orang di sekitar kita,” jelas dia.
“Kita harus saling memaafkan dan peka terhadap orang lain. Tidak boleh melupakan kepekaan kita terhadap orang yang ada di sekitar kita. Terutama kepada kedua orang tua kita,” tambahnya.
Dia menyarankan jika kedua orang tua kita masih ada, agar memperbanyak silaturahmi kepada orang tua. ”Jika jarak rumahnya dekat maka seringlah bersilaturahmi meminta ridhanya. Jikalau jauh minimal melalui telepon untuk menghubungi agar tidak terputus ikatan silaturahmi antara anak dan orang tua,” jelas dia.
Kalaupun orang tua kita sudah meninggal, sambungnya, maka cara bersilaturahmi dengan selalu mendoakan kapan saja. Minimal ketika usai melaksanakan kewajiban shalat lima waktu. Rabbighfirli waliwalidaya warhamhuma kama rabbayani shagira. Yang artinya Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan kasihilah keduanya sebagaimana keduanya telah merawatku saat kecil.
“Mudah-mudahan doa ini selalu kita baca. Ini juga merupakan birrul walidain atau berbakti kepada kedua orang tua kita, karena sesungguhnya ridha Allah sangatlah tergantung kepada ridha orang tua dan kemarahan Allah juga tergantung kepada kemarahan kedua orang tua,” sambungnya.
“Mudah-mudahan amal ibadah kita pada bulan ramadhan kemarin di terima oleh Allah SWT dan semoga kita semua dapat dipertemukan pada Ramadhan yang akan datang. Amin,” tutupnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni