PWMU.CO– Idul Fitri itu wujud kemakmuran menjadi pesan khotbah Id di halaman MI Muhammadiyah 28 Jl. Raya Bangkingan Lakarsantri Surabaya, Jumat (21/4/2023).
Hadir sebagai imam shalat Id Nurvien Affandi ST dan khotib Drs Sugeng Purwanto. Jamaah berdatangan memadati halaman madrasah.
Sugeng Purwanto menjelaskan, Idul Fitri berasal dari kata id kembali dan al-fithr dari kata futhur artinya sarapan, makan. Jadi Idul Fitri itu perayaan dibolehkannya sarapan setelah selama puasa dilarang.
”Sarapan saat Ramadhan diganti makan sahur. Mulai pagi ini kita dihalalkan sarapan lagi sehingga hari ini kita merayakan sarapan pagi bersama di seluruh dunia,” ujar Sekretaris PCM Lakarsantri ini.
Dia menambahkan, agar orang-orang miskin bisa sarapan juga maka Islam memerintahkan orang kaya memberikan zakat fitrah kepada orang miskin supaya di hari raya ada makanan. Beri juga zakat mal supaya bisa membeli pakaian.
Menurut dia, di hari raya ini semua umat bergembira karena terjamin makanannya, terpenuhi sandangnya, dan orang-orang berbagi infak dan sedekah, saling berkirim makanan, ketupat, dan parsel bahkan anak-anakpun juga merasakan kegembiraan itu dengan baju baru dan uang.
”Idul Fitri itu wujud kemakmuran. Kalau saudara bertanya masyarakat makmur itu seperti apa, gambarannya ya seperti suasana Idul Fitri ini. Semua orang cukup pangan, sandang, berikutnya papan yang harus diwujudkan,” tegasnya.
Ajaran Islam, sambung dia, telah mampu mewujudkan kemakmuran material dan spiritual. ”Kondisi kemakmuran di suasana Idul Fitri ini yang harus mampu diwujudkan oleh para penguasa. Sesungguhnya mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, kemakmuran bagi semua orang, itu bisa dilakukan kalau para penguasa mau melakukannya. Sebab buktinya sudah ada setiap Idul Fitri,” tuturnya.
”Karena itu saudara-saudara, pilihlah pemimpin yang paham Islam dan punya kemauan untuk mewujudkan kemakmuran itu,” tandasnya.
Makna kedua, Idul Fitri adalah kembali fitrah, terlahir kembali menjadi suci. Kondisi ini terjadi karena orang yang berpuasa dilebur dosanya oleh Allah sehingga bersih kembali.
”Rasulullah saw berkata man shama ramadhana imanan wahtisyaaban ghufira lahu ma taqaddama min danbih. Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan ridha Allah maka diampuni dosanya di masa lalu,” ujar Wakil Ketua Majelis Pustaka Informasi dan Digital PWM Jatim ini.
Karena hari ini kita telah suci, kata dia, jagalah kesucian itu dari kotoran maksiat. ”Pilihan perbuatan itu ada pada diri kita sebab Allah menjelaskan dalam al-Quran wa nafsiu wa ma sawwaha fa alhamaha fujuraha wa taqwaha qad aflaha man zakkaha wa qad khoba man dasaha,” ujarnya mengutip surat asy-Syam: 7-9.
Dia menjelaskan, jati diri manusia adalah nafs yang telah diberi ilham jalan menuju fujur (maksiat) dan taqwa. Maka beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya dan merugilah orang yang mengotorinya.
Penulis Muammar Khadafi Editor Sugeng Purwanto