PWMU.CO– Tiga tanda kemenangan orang berpuasa Ramadhan dikupas dalam khutbah Idul Fitri di Lapangan Desa Bakung Temenggungan Kec. Balongbendo, Sidoarjo, Jumat (21/4/2023).
Khotbah disampaikan oleh Muhammad Ain MPdI, Kepala SD Muhammadiyah 20 Kreatif Surabaya. Jumlah jamaah sekitar 300 orang. Shalat ini diadakan oleh Masjid Mujahidin PRM Bakung Temenggungan Sidoarjo.
Lapangan basah dan becek tak menyurutkan jamaah berdatangan setelah semalam hujan deras.Takmir membuatkan jalan khusus agar jamaah tetap nyaman, tidak terjebak lumpur.
Khotib Muhammad Ain menyampaikan, Ramadhan adalah bulan pendidikan yang di dalamnya juga ada hisab tentang apa saja yang sudah kita lakukan di bulan tersebut.
Ain mengajak makmum untuk bermuhasabah. “Jangan terlalu percaya diri bahwa kita hari ini telah mendapat kemenangan. Apa kebiasaan positif selama Ramadhan mulai shaum, qiyamu Ramadhan, sedekah dan dakwah kita akan tetap sama di bulan-bulan setelahnya,” katanya.
Dia mengutip surat al-Hasyr ayat 18: Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Ayat ini, kata dia, mengajak kita untuk selalalu bertakwa sebagaimana di awal dan di akhir ayat. Juga ada perintah untuk muhasabah melihat hari kemarin untuk membuat planning hari esok. Maka jangan terburu-buru menyatakan diri kita sebagai pemenang jika Ramadhan kita tidak berdampak terhadap diri kita.
” Jangan sampai setelah Ramadhan tidak ada nilai positif yang berkelanjutan dalam diri kita, jangan sampai Ramadhan kita hanya akan mendapat haus dan lapar sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah saw,” ujarnya.
Ustadz Ain menjelaskan, jika kita mengaku jadi pemenang, maka perhatikan tiga tanda kemenangan orang berpuasa sebagaimana disebut surat Ali Imran 134-135 yaitu:
1. ٱلَّذِینَ یُنفِقُونَ فِی ٱلسَّرَّاۤءِ وَٱلضَّرَّاۤءِ
Orang-orang yang menginfakkan hartanya baik di waktu lapang ataupun sempit
”Ayat ini menunjukkan bahwa seorang mukmin harus bisa menjadi problem solving untuk semua kondisi bagi orang-orang di sekitarnya. Ini berarti setelah Ramadhan harus ada perubahan aspek sosial dalam diri kita. Kesalehan harus dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita,” tuturnya.
2. وَٱلۡكَـٰظِمِینَ ٱلۡغَیۡظَ وَٱلۡعَافِینَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.
”Indikator kedua di ayat 134 ini menyebutkan bahwa orang beriman tidak akan mudah marah dan mudah memaafkan orang lain. Maka para pemenang Ramadhan selalu menjaga diri dan menahan amarah dan selalu menjaga ukhuwah,” ujarnya.
3. Indikator ketiga adalah:
وَٱلَّذِینَ إِذَا فَعَلُوا۟ فَـٰحِشَةً أَوۡ ظَلَمُوۤا۟ أَنفُسَهُمۡ ذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ فَٱسۡتَغۡفَرُوا۟ لِذُنُوبِهِمۡ
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya.
”Bahwa orang beriman jika membuat satu kesalahan saja akan membuatnya sadar dan segera bertaubat kepada Allah swt,” tuturnya.
Tiga tanda kemenangan orang berpuasa tersebut, sambung dia, hendaknya selalu ada jika kita ingin menjadi pemenang Ramadhan.
Ular dan Ulat
Di akhir khutbahnya, Ain menganalogkan alumni Ramadhan dengan dua binatang yaitu ular dan ulat.
“Ular dan ulat sama-sama berpuasa. Namun dalam prosesnya ada perbedaan yang membawa hasil yang berbeda pula. Ular berpuasa, setelahnya ia berubah secara fisik menjadi lebih kuat namun perilakunya tidak berubah,” katanya.
Sedangkan ulat, lanjut dia, setelah berpuasa berubah fisik menjadi kepompong. Pada tahap berikutnya ia berubah menjadi kupu-kupu yang indah. Semua orang senang melihatnya. ”Begitulah seharusnya orang beriman, setelah selesai Ramadhan ia menjadi pribadi baru yang disukai orang lain. Menjadi orang yang solutif untuk orang-orang di sekitarnya,” tandasnya.
Penulis Sunarsih Editor Sugeng Purwanto