PWMU.CO– Jamaah membeludak saat digelar shalat Idul Fitri di halaman Perguruan Muhammadiyah Panekan Magetan, Jumat (21/4/23).
Ada kisaran 1.000 orang berdatangan mengikuti shalat Id di sini. Mereka berdatangan dari Panekan, Jabung, Ngiliran, Bedagung, dan Cepoko.
Ketua panitia, Saderi, mengatakan, biaya jumlah jamaah sekitar 500 orang. Karena tahun ini Muhammadiyah Idul Fitri lebih dulu ternyata banyak orang ikut shalat Idul Fitri di sini sehingga jamaah membeludak.
”Panitia langsung mencari tikar, terpal, dan karpet untuk membuat shaf baru bagi jamaah yang berdatangan,” tambahnya.
Dia menjelaskan, PCM Panekan menyelenggarakan shalat Idul Fitri di 4 titik yaitu PRM Tapak, PRM Manjung, PRM Sumberdodol, dan di Perguruan Muhammadiyah Panekan ini.
”Ketua pelaksana di tiga tempat itu melaporkan jumlah jamaah membeludak juga. Hal ini menunjukkan banyak simpatisan Muhammadiyah yang berada di Kecamatan Panekan,” ujarnya.
Shalat Id dimulai pukul 06.20 WIB dengan imam Drs H. Sumino MPd, Ketua PDM Magetan. Khotib Rofadan Mina Arsyada SH, putra Sumino.
Esensi Puasa
Khotbah Idul Fitri oleh Rofadan Mina Arsyada mengambil tema esensi puasa adalah proses pengendalian diri. Mengendalikan diri dari hawa nafsu primitif yang tidak akan ada batasannya.
Arsyad, panggilan akrabnya, mengatakan, puasa yang kita jalani di tahun ini harus bisa membawa perubahan positif bagi kita. Harus mampu membawa menjadi pribadi yang lebih baik, sesuai tujuanya untuk menjadikan kita orang yang bertakwa.
”Setelah Ramadhan selesai, kualitas keimanan kita harus meningkat, harus rajin beribadah, seperti sedekah, mengaji, shalat jamaah di masjid jangan sampai kendor dan kembali seperti sebelum Ramadhan,” ujarnya.
Dia mengatakan, puasa harus mampu mengendalikan diri kita dari hawa nafsu primitif, kita kurangi ego yang hanya memikirkan kepentingan pribadi, tetapi kita harus memiliki kepekaan sosial yang tinggi sehingga mau peduli dan berbagi dengan sesama.
Proses pengendalian diri tersebut, sambung dia, diupayakan mampu menjadikan diri kita menjadi pribadi muslim yang baik dan bertransformasi menjadi umat terbaik.
”Umat yang benar-benar mampu memberikan manfaat dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga makna Islam sebagai rahmatan lil alamin lebih terasa dalam kehidupan di masyarakat,” tandasnya.
Penulis Supriadi Editor Sugeng Purwanto