Islam Turun untuk Rahmat bagi Semua, Beriman atau Tidak, Liputan Shodiq
PWMU.CO – Sejak pukul 05.00 pada Jum’at (21/4/2023) jamaah shalat Idul Firti 1444 mulai berdatangan di Stadion Tanggul. Tampak beberapa panitia menghamparkan alas panjang berwarna biru. Sesekali terdengar panitia mengumumkan agar jamaah menempati shafpaling depan terlebih dahulu.
Bertindak sebagai imam shalat Ketua Majelis Dikdasmen Suprianto SPd Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Tanggul. Sedangkan yang menyampaikan khutbah Prof Dr Aminullah El Hady MAg.
Aminunddin menjelaskan Idul Firti adalah momen merefleksikan kesyukuran dan keshalehan sosial 29 hari menjalin hubungan dengan Allah. Allah telah menciptakan manusia sebagai sebaik-baik makhluk. Allah juga menciptakan manusia dalam rangka sebagai penyambung lidah, penyampai risalah Islam yang disampaikan Nabi dalam rangka membentuk peradaban manusia dan alam semesta.
“Kehadiran Nabi adalah menunjukkan kepada seluruh alam bahwa Allah menjanjikan kepada semua tanpa kecuali. Rahmat yang diembankan kepada Nabi adalah rahmat bagi semua. Entah beriman atau tidak,” kata Aminullah.
Di menegaskan, manusia dimuliakan oleh Allah dengan beberapa keunggulan dibanding makhluk lainnya. Oleh karena itu Allah mengamanahkan pengelolaan bumi kepada manusia. Allah memberikan berbagai potensi. Potensi dasar yaitu naluri. Allah memberikan semua makhluk mempunyai naluri.
“Allah juga memberikan manusia kemampuan inderawi. Namun kemampuan itu tidak semata-mata diberikan kepada manusia. Karena ada beberapa hewan yang memiliki kemampuan ini melebihi manusia,” ujarnya.
Peradaban Sempurna
Tidak itu saja, sambungnya, manusia diberikan kemampuan akal. Dan ini hanya diberikan hanya kepada manusia. Dengan akal itulah manusia diciptakan sebagai sebaik baik struktur makhluk.
“Allah memberikan hidayah selanjutnya adalah agama. Kesadaran mengerjakan shalat Idul Fitri karena kesadaran agama. Dengan hidayah agama itu setiap orang Islam mendapat predikat Muslim dan Mukmin,” jelasnya.
Allah masih memberikan hidayah yang kelima yaitu taufik. Allah memberikan restu dan persepakatan kepada orang-orang tertentu.
Nabi membangun peradaban ketika berada di Madinah. Hal ini tidak bisa dilakukan di Mekkah karena saat itu Nabi dan assabiquan awwalun adalah kelompok yang tidak dominan. Akan tetapi saat di Madinah membangun masyarakat mengenal nilai-nilai. Karena itulah di Madinah dikenal dengan negeri peradaban pertama dalam Islam.
“Seorang orientalis mengatakan bahwa Islam adalah peradaban yang sempurna. Islam adalah agama yang menghargai kekuatan intelektual, menghargai kekuatan berpikir sebagaimana Allah memberikan hidayah akal,” ungkapnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni