Memanfaatkan Sisa Sayur sebagai Kompos Takakura; Begini Caranya Laporan kontributor PWMU.CO Roudhotul Jannah
PWMU.CO – Rumah Edukasi Pilah dan Olah Sampah Banyuwangi milik dr Bintari Wuryaningsih Perumahan Agus Salim Residence Kelurahan Tamanbaru Banyuwangi mendapat kunjungan dari keluarga Ananto Isworo, Kamis (27/4/2023).
Ustadz Ananto, sapaan pendiri Sedekah Sampah Berbasis Eco-Masjid dari Yogyakarta, mempunyai program sedekah sampah dengan mengkolaborasikan antara lingkungan, ekonomi, dan agama.
Ikut dalam kunjungan ini Suharti, istri Ustadz Ananto, yang juga Kepala KB Aisyiyah Surya Melati Yogyakarta. Dia datang bersama dua anaknya. Tampak juga Sekertaris Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Banyuwangi Cahyaningsih Wiwin Utami, Ketua Majelis Kesehatan PDA Banyuwangi Susilowati, Anggota Majelis Ekonomi PDA Banyuwangi Roudhotul Jannah, Anggota majelis PAUD Didasmen PDA Banyuwangi Muntahani Zakiyah, dan Anggota Lembaga Lebudayaan PDA Banyuwangi Nur Azizah
Kompos Takakura
Kunjungan diawali dengan praktik membuat komposter takakura. Takakura Home Method Composting adalah metode pembuatan kompos yang ditujukan untuk mendaur ulang sampah dapur.
Metode kompos takakura kali diperkenalkan di Surabaya pada tahun 2004 oleh seorang Jepang bernama Mr Takakura. Waktu itu, dioa mencoba mencari solusi terhadap penumpukan sampah organik di kota itu.
Sehingga muncul ide untuk mendaur ulang sebagian sampah rumah tangga sejak di dapur. Maka, dirancanglah sebuah metode pembuatan kompos yang bisa dilakukan di dapur. Syaratnya harus higienis tidak berbau dan tidak jorok, mengingat dapur merupakan tempat mengolah makanan.
Suharti mempraktikkan dengan dipandu dr Bintari Wuryaningsih yang dinas di Rumah Sakit Islam Fatimah Banyuwangi. Langkah-langkahnya: pertama memotong sisa sayur rumah tangga dengan menggunakan pisau dan talenan. Sayur yang digunakan seperti wortel, sayur, dan timun.
Kedua, hasil rajangannya ditempatkan di wadah. Setelah itu mencampur semua sayur yang sudah dipotong-potong dengan kompos (boleh beli di kios bunga). Lalu di semprotkan cairan eco-enzym. Boleh juga menggunakan MOL (mikro organisme lokal).
Kemudian disiapkan keranjang laundry yang di dalamnya dilapisi kardus di bagian bawa dan diberi bantalan sekam. Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam keranjang yang telah disiapkan lalu di atasnya diberi bantalan sekam. Setelah itu keranjang tersebut ditutup. Untuk menjadi komposter takakura membutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan.
Cara Membuat Eco-Enzym, MOL, dan POC
Dokter Bintari juga menjelaskan cara membuat eco enzym. Yaitu sisa sayuran dirajang, dimasukkan ke dalam air di wadah botol minuman bekas, dicampur gula jawa, kulit jeruk, atau boleh dengan kulit buah lainnya. Untuk siap dipakai membutuhkan waktu kurang lebih tiga bulan.
Sedangkan membuat Mol dengan bahan nasi basi, gula merah, kulit pisang dirajang halus dan dikeringkan dengan menjemurnya. Semua bahan dimasukkan dalam botol yang dicampur dengan air. Lalu disimpan kurang lebih selama dua pekan.
Membuat pupuk organik cair (POC) yaitu air cucian beras, gula merah, terasi, kulit jerul lemon, kulit pisang. Disimpan kurang lebih dua pekan lamanya dan siap untuk dipakai.
Agenda selanjutnya melihat tanaman organik dr Bintari yang berada di halaman belakang Rumah Edukasi Pilah dan Olah Sampah. Selain tanaman sayuran juga terlihat tanaman bunga yang berwarna-warni. Tanaman bunga tersebut sebagai penangkal hama alami.
Di akhir agenda ini Anggota Majelis Kesehatan PDA Banyuwangi memberikan eco enzym kepada semua yang hadir, dengan harapan mereka merasakan manfaatnya dan bisa membuat sendiri dengan memanfaatkaan sampah rumah tangga. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni