PWMU.CO – Resolusi Idul Fitri 1444 oleh Prof Agus Purwanto Dsc, Guru Besar Fisika Teori ITS; Penulis buku Bestseller Ayat-Ayat Semesta; Penggagas dan Pengasuh Pesantren Sains Trensains Sragen dan Jombang
Resolusi Idul Fitri 1444
Bismillaahirrahmaanirrahiim
- Idul Fitri 1444 di Indonesia berlangsung pada hari yang berbeda, Jumat 21 April 2023 dan Sabtu 22 April 2023.
- Perbedaan ini telah diketahui atau telah diprediksi jauh sebelumnya. Prediksi tidak meleset seperti tidak melesetnya hitungan atau prediksi gerhana matahari Kamis 20 April 2023.
- Perbedaan terjadi akibat perbedaan kriteria ketinggian hilal yang didefinisikan bulan baru telah masuk, yaitu wujudul hilal (WH) dan imkanur rukyat (IR).
- Awal Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha beberapa puluh tahun mendatang juga telah dapat diketahui termasuk kapan sama dan kapan berbeda.
- Perbedaan terdekat yang akan terjadi adalah Idul Adha 1444, Rabu 28 Juni 2023: untuk WB dan Kamis 29 Juni 2023 untuk IR.
- Di Indonesia, perbedaan juga terjadi di masa lalu, di masa Orde Baru.
- Ikhtiar penyatuan pun telah diikhtiarkan tetapi kita tahu hingga Idul Fitri 1444 belum berhasil.
- Ke depan, ikhtiar penyatuan akan semakin sulit mengingat Pemerintah menaikkan kriteria IR dari tinggi hilal 2 derajat menjadi 3 derajat. Sedangkan Muhammadiyah juga sedang bergerak menuju Kalender Islam Global yang secara umum “lebih ekstrim” atau “lebih rendah” dari WH.
- Perbedaan Idul Fitri 1444 Jumat dan Sabtu juga terjadi antarnegara.
- Beberapa negara di Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Selata, Australia dan Selandia Baru beridul Fitri Sabtu 22 April 2023. Sedangkan Arab Saudi dan negara timur tengah serta Eropa beridul fitri Jumat 21 April 2023.
- Perbedaan pada poin 10 sesuai dengan ilmu astronomi, semakin ke barat hilal semakin tinggi.
- Variasi ketinggian hilal pada poin 11 juga dapat kita ketahui pada penjelasan tinggi hilal di Indonesia sebelum sidang isbat Kamis 20 Mei 2023. Di Indonesia timur tunggi hilal Maghrib Kamis 2023 hanya sekitar 1 derajat, di Jawa 1,8 derajat dan di Banda Aceh sekitar 2,5 derajat.
- Perbedaan Idul Fitri pada poin 10 terjadi karena di Indonesia hilal masih rendah sedangkan kriteria IR-nya cukup tinggi, alias tinggi hilal kurang dari kriteria.
- Dari poin 10-13 dapat dipahami, andai kriteria IR di Indonesia atau MABIMS juga beberapa negara Asia Timur cukup rendah misalkan tetap 2 derajat seperti yang lama atau bahkan lebih rendah lagi, termasuk Australia dan Selandia Baru maka Idul Fitri akan sama di seluruh negara yakni Jumat 21 April 2023.
- Poin 14 memberi pesan bahwa penyatuan satu tanggal satu bulan qamariyah di muka bumi akan lebih mendekati tujuan jika Indonesia sebagai negara Muslim paling timur menerapkan keiteria lebih rendah atau bahkan paling rendah.
- Poin 15 juga mengisyaratkan bahwa menaikkan kriteria IR akan menjauhkan dari usaha penyatuan awal bulan qamariyah.
- Penerapan hisab WH maupun hisab IR adalah bentuk hasil ijtihad yang berangkat dari pemahanan nash al-Quran dan Hadis serta ilmu Astronomi.
- Tidak ada ijtihad yang menegasikan ijtihad yang lain, atau ijtihad yang satu dikalahkan (dan ditiadakan) oleh ijtihad yang lain.
- Adanya perbedaan awal bulan qamariyah sebagai produk ijtihad merupakan keniscayaan.
- Umat harus dipahamkan mengapa awal bulan qamariyah di Indonesia maupun di berbagai negara dapat berbeda.
- Umat juga harus dipahamkan untuk menerima perbedaan ini. Toleransi harus diwujudkan dalam arti sebenar-benarnya.
- Pemaksaan penyatuan Idul Fitri 1444 bermuara pada provokasi di luar batas dan memalukan oleh ilmuwan BRIN.
- Awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha juga awal sembilan bulan qamariyah lainnya dapat sama dan dapat berbeda, sebagai hasil ijtihad. Umat Islam harus (belajar) menerima perbedaan ini tanpa harus saling menyalahkan, saling mengolok atau saling menyindir.
- Saat ini kita berada di era Teleskop Ruang Angkasa James Webb, artificial intelligent dan sedang membangun sistem informasi kuantum. Dunia sudah sangat maju maka jangan buang-buang energi untuk membahas perbedaan yang ijtihadiah. (*)
Surabaya, Jumat 28 April 2023
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.