PWMU.CO– Beda Idul Fitri tahun 1444 H/2023 M menjadi heboh gara-gara peneliti BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) Thomas Djamaluddin dan Andi Pangerang Hasanuddin mem-bully Muhammadiyah.
Padahal perbedaan Idul Fitri dan Ramadhan ini sudah beberapa kali terjadi dan berlangsung biasa saja. Baru tahun ini gaduh akibat pikiran sempit dua peneliti BRIN yang no brain itu ditulis di Facebook.
Thomas Djamaluddin menyebut Muhammadiyah tidak taat dengan pemerintah. Sedangkan Andi Pangerang Hasanuddin lebih sadis. Dia sampai menghalalkan darah orang Muhammadiyah dan mau membunuhnya satu persatu.
Dalam sejarah Islam beda Idul Fitri dan Ramadhan pernah terjadi di zaman Khalifah Muawiyah yang berkedudukan di Damaskus, Syam, ternyata beda hari dengan penduduk Madinah. Itupun tidak terjadi kehebohan, tidak ada bullying, apalagi mengancam bunuh seperti dilakukan peneliti BRIN Thomas Djamaluddin dan Andi Pangerang Hasanuddin.
Orang-orang Muawiyah tidak menuduh penduduk Madinah tidak taat dengan pemerintah, ulil amri yang berkuasa saat itu. Padahal jarak Syam dan Madinah hanya 1.120 kilometer.
Kisah beda Idul Fitri dan Ramadhan itu ditulis dalam beberapa kitab hadits antara lain Shahih Muslim.
أَخْبَرَنِي كُرَيْبٌ، أَنَّ أُمَّ الفَضْلِ بِنْتَ الحَارِثِ، بَعَثَتْهُ إِلَى مُعَاوِيَةَ بِالشَّامِ قَالَ: فَقَدِمْتُ الشَّامَ، فَقَضَيْتُ حَاجَتَهَا، وَاسْتُهِلَّ عَلَيَّ هِلَالُ رَمَضَانَ وَأَنَا بِالشَّامِ، فَرَأَيْنَا الهِلَالَ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ، ثُمَّ قَدِمْتُ المَدِينَةَ فِي آخِرِ الشَّهْرِ، فَسَأَلَنِي ابْنُ عَبَّاسٍ، ثُمَّ ذَكَرَ الهِلَالَ، فَقَالَ: مَتَى رَأَيْتُمُ الهِلَالَ، فَقُلْتُ رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ، فَقَالَ: أَأَنْتَ رَأَيْتَهُ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ؟ فَقُلْتُ: رَآهُ النَّاسُ، وَصَامُوا، وَصَامَ مُعَاوِيَةُ، قَالَ: لَكِنْ رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ السَّبْتِ، فَلَا نَزَالُ نَصُومُ حَتَّى نُكْمِلَ ثَلَاثِينَ يَوْمًا، أَوْ نَرَاهُ، فَقُلْتُ: أَلَا تَكْتَفِي بِرُؤْيَةِ مُعَاوِيَةَ وَصِيَامِهِ، قَالَ: لَا، هَكَذَا «أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»
Diberitakan dari Kuraib: Sesungguhnya Ummu Fadl binti al-Haarits telah mengutusnya menemui Muawiyah di Syam. Berkata Kuraib: lalu aku datang ke Syam, terus aku selesaikan semua keperluannya. Dan tampaklah olehku (bulan) Ramadhan, sedang aku masih di Syam, dan aku melihat hilal pada malam Jumat.
Kemudian aku pulang ke Madinah pada akhir bulan (Ramadhan), lalu Abdullah bin Abbas bertanya kepadaku (tentang beberapa hal), kemudian ia menyebutkan tentang hilal, lalu ia bertanya, ”Kapan kamu melihat hilal?”
Jawabku: ”Kami melihatnya pada malam Jumat”.
Ia bertanya lagi: ”Kamu melihatnya?”
Jawabku: ”Ya. Dan orang banyak juga melihatnya, lalu mereka puasa dan Muawiyah puasa.”
Ibnu Abbas berkata,”Tetapi kami melihatnya pada malam Sabtu, maka kami berpuasa sampai kami sempurnakan tiga puluh hari, atau sampai kami melihat hilal (Syawal). ”
Aku bertanya,”Apakah tidak cukup bagimu rukyah dan puasanya Muawiyah?”
Jawabnya,”Tidak. Begitulah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah memerintahkan kepada kami.”
Kuraib bin Abi Muslim adalah budak Abdullah bin Abbas. Ummu Fadl binti al-Haarits nama aslinya Lubabah binti al-Haarits. Dia adalah ibu Abdullah bin Abbas. Istri Abbas bin Abdul Mutholib, paman Nabi Muhammad saw.
Muawiyah dalam kisah ini sudah menjabat Khalifah Umayyah yang pertama. Dia anak Abu Sufyan bin Harb. Wilayahnya meliputi Madinah, Mekkah, seluruh jazirah Arab dan Syam.
Penulis/Editor Sugeng Purwanto