PWMU.CO– Jiwa pemaaf tirulah Buya Hamka. Hal ini disampaikan Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jatim Dr Ahmad Zuhdi DH MFil dalam halal bihalal di Masjid at-Taqwa Kedungmegareh, Kembangbahu, Lamongan, Sabtu (29/4/2023).
Dia memulai pengajiannya dengan mengulas makna halal bihalal yang artinya saling melepaskan, membebaskan, memaafkan kesalahan. ”Membuka lembaran baru, karena telah saling memaafkan,” kata dosen Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
Meminta maaf tidak usah menunggu Idul Fitri. Setiap melakukan kesalahan harus meminta maaf. Sebagaimana firman Allah swt dalam Ali Imran: 135. ”Apabila mereka berbuat keji atau menganiaya diri, mereka ingat Allah dan minta ampun atas dosa mereka.”
Dia juga mengingatkan tujuan terpenting untuk mencapai derajat takwa. Sifat orang takwa ini ditunjukkan dalam firman Allah dalam surat Ali Imran: 134.
”Orang-orang yang berinfak di waktu lapang dan sempit, dan menahan marah, memaafkan manusia, dan Allah mencitai orang-orang yang berbuat baik.”
Dia berpesan, kebiasaan berinfak di bulan Ramadhan kita teruskan jangan berhenti. Habis puasa juga jangan marah-marah. Sebab jika tidak dapat mengendalikan marah puasanya kosong alias tak ada hasil.
”Kita berpuasa sambil membangun potensi diri agar dapat mengendalikan diri dari sifat marah. Membiarkan kemarahan yang meluap-luap sama dengan membunuh diri sendiri,” ujarnya.
Jika ada orang habis mengolok-olok kita, lantas meminta maaf, sambung dia, rasanya sulit memaafkan, tetapi jika kita memberi maaf ini sangat bagus. Hal yang penting lagi dapatkah memaafkan dan sanggup memaafkan orang lain.
Dia memberi contoh jiwa pemaaf pada diri Buya Hamka yang pernah dipenjarakan oleh Presiden Sukarno di Penjara Sukabumi pada tanggal 27 Januari 1964 selama dua tahun empat bulan tanpa sidang.
”Ketika Bung Karno meninggal dunia, ajudan Presiden Soeharto bernama Mayjen Soeryo mendatangi rumahnya membawa pesan Sukarno yang meminta kesediaan Buya Hamka menyalati jenazahnya,” ceritanya. Hamka langsung berkata memenuhi permintaan itu.
Jiwa besar Hamka mampu memaafkan kesalahan orang padanya. Hamka mendapat hikmah selama di penjara dapat menyelesaikan tafsir Al-Azhar 30 juz.
Sebagai penutup ceramahnya dia berpesan, pertama, yang merasa bersalah segera meminta maaf, yang dimintai maaf ya juga memaafkan.
Kedua, kita selalu berbuat ihsan, berbuat pada sesama, memaafkan orang yang mezalimi, berbuat baik kepada orang yang pernah menyakiti, menolong yang lemah.
Penulis Hilman Sueb Editor Sugeng Purwanto