Hal-Hal yang Dianjurkan dan Dilarang dalam Silaturahmi; Liputan Muhammad Iqbal Rahman
PWMU.CO – Muhammadiyah Boarding School (MBS) Kabupaten Mojokerto menggelar Pengajian Umum Ahad Pagi (PUAP) di Masjid At Taqwa Lil Halwani, Windurejo, Kutorejo, Mojokerto, Jawa Timur, Ahad (30/4/2023).
PUAP yang diselenggarakan MBS setiap Ahad ke-5 ini dihadiri sejumlah tokoh masyarakat, wali santri MBS, dan undangan lainnya. Menghadirkan narasumber Dr Taufiqurrahman MAg dari Sidoarjo dengan tema “Hakikat Silaturahmi”.
Acara dibuka dengan penampilan tasmik al-Qur’an yang dibacakan oleh santri MBS yakni Muhammad Nashiruddin Al Bani dan kultum oleh Muhammad Fauzan Fattahu Arifinsyah.
Sementara dalam tausiahnya, Taufiqurrahman menyampaikan al-Qur’an surah Ali Imran ayat 134.
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
“(Yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.”
Dari ayat itu dia menegaskan ciri orang yang bertakwa setidaknya ada tiga, pertama, Orang yang gemar berinfak, baik dalam keadaan punya ataupun sempit.
“Infak terus menerus sampai sogeh, ojo ngenteni sogeh baru infak,” ujarnya dalam bahasa Jawa. Maksudnya teruslah berinfak sampai kaya. Jangan menunggu kaya baru infak.
Kedua, orang yang bisa menahan amarah. “Nabi Muhammad SAW memberi perhatian besar terhadap masalah ini hingga beliau bersabda dalam riwayat hadis: ‘La taghdab walakal jannah’ (janganlah marah maka bagimu surga),” ujar Dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Dia mengatakan, cara menahan amarah yang diajarkan oleh Rasulullah ialah dengan senantiasa murah senyum, beristighfar, dan berwudhu.
Ketiga, saling memaafkan kepada sesama atas segala khilaf dan dosa.
Silaturahmi, Lakukan Ini Hindari Itu
Dia kemudian menjelaskan tiga cara silaturahmi yang harus dilakukan dan tiga hal silaturahmi yang harus dihindari.
Tiga hal silaturahmi yang harus dilakukan; pertama, ta’aruf yakni saling mengenal. Karena silaturahmi akan tetap terjalin hubungan baiknya ketika kita sudah saling mengenal.
Sebagaimana Allah SWT berfirman
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (al-Hujurat: 13)
Kedua, tasamuh yakni saling menghormati dan menghargai. “Walaupun kita berbeda, baik dari segi makan yang kita sukai, pakaian, ataupun hal fikih seperti perbedaan pemikiran namun kita harus bersikap saling menghormati,” pesannya.
Ketiga, taawun yakni saling tolong-menolong. Menurutnya, dalam silaturahmi ada anjuran khusus bagi kita yang diberikan banyak rezeki oleh Allah, yakni saling tolong-menolong. “Misalnya, ketika kita silaturahmi kita bisa membahagiakan saudara kita dengan membawakan buah tangan ataupun sejenisnya,” terangnya.
Menguraikan tiga hal ketika silaturahim yang harus dihindari. Taufiqurrahman menguti firman Allah SWT al-Hujurat: 12
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوااللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”.
Dari ayat itu ada tiga hal yang harus dihindari. Pertama, jangan banyak suudzan atau curiga. “Seharusnya kita yang senantiasa mikir apakah diri saya sudah baik ataukah belum,” ujarnya sambil mengutip az-Zariyat: 21
وَفِىٓ أَنفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
Kedua, wala tajassasu yakni jangan mencari kesalahan orang, jangan menceritakan aib masa lalu seseorang. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا, سَتَرَهُ اَللَّهُ فِي اَلدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“… Barang siapa menutupi aib seorang, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat” (HR Muslim).
Ketiga, wala yaghtabba’ dukum ba’dha yakni jangan menggunjing atau ghibah.
Acara pengajian berakhir pukul 07.30 dan ditutup dengan makan bersama yang sudah disediakan oleh panitia. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni