Ada Sosialisasi 4 Pilar MPR RI di Musykerwil Ke-3 Nasyiah Jatim, Editor Mohammad Nurfatoni
PWMU.CO – Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur melangsungkan Musyawarah Kerja Wilayah (Musykerwil) Ke-3 di Hall Sang Pencerah lantai 8 Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), Jumat (5/5/2023) sore.
Sekretaris PWNA Jatim Nur Afni Rachman MMedKom mengungkap, Musykerwil diikuti 130 PDNA, 35 PWNA, dan 7 peninjau. Jadi totalnya 172 orang.
Spesialnya, seremoni pembukaan Musykerwil ini secara resmi dibuka oleh Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur Dra Rukmini Amar MAg dengan basmalah. Sebelumnya, Rukmini menyampaikan, “PWA dengan senang hati bersinergi karena ada banyak kegiatan, di antaranya seperti bimbingan pranikah.”
Rukmini berharap, ke depan ada materi yang khusus mengulas materi keluarga sakinah. “Karena persoalan bangsa kembali kepada keluarga,” tegasnya.
Dalam seremoni itu, Ketua PWNA Jatim Aini Sukriah MPdI juga berkesempatan menyampaikan amanatnya. Seremoni ini ditutup dengan doa.
Salah satu agenda penting Musykerwil ialah kedatangan Anggota DPR RI Komisi X dari Fraksi PAN Prof Dr H Zainuddin Maliki MSi. Prof ZM berpanel dengan Rektor UMG Nadhirotul Laily SPsi MPsi Psikolog sosialisasi empat pilar MPR RI.
Prof ZM berharap, “Ke depannya kader Nasyiatul Aisyiyah mampu menciptakan relevansi program kerja sesuai dengan kebutuhan di masa depan, sehingga NA bisa memberikan kontribusi nyata dalam dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Profesor ZM siap membersamai NA untuk membentuk pribadi putri Islam yang berarti bagi keluarga, negara, bangsa, dan agama.”
Dalam konteks berpolitik, lanjut dia, kiranya kader putri Nasyiatul Aisyiyah harus menjadi petugas misi Muhammadiyah bukan menjadi petugas partai di Muhammadiyah.
Sosialisasi 4 Pilar
Mulanya sang rektor memantik forum dengan 4 Pilar Kebangsaan. Meliputi Pancasila, UUD 1945, Prinsip NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. “Empat pilar kebangsaan adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam gangguan dan bencana,” terangnya.
Dia menegaskan, pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara kokoh. Bila tiang rapuh, lanjutnya, maka bangunan akan mudah roboh.
Kemudian dia menjelaskan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara. “Sebagai dasar NKRI, Pancasila memiliki fungsi sangat fundamental. Pancasila disebut sebagai sumber dari segala sumber hukum. Sifat Pancasila yuridis formal maka mengharuskan seluruh peraturan perundang-undangan berlandaskan pada Pancasila. Pancasila sebagai dasar filosofis dan sebagai perilaku kehidupan,” jelasnya.
Laily juga mengingatkan, nilai-nilai luhur Pancasila tertuang dalam norma-norma yang terdapat dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. Norma konstitusional UUD 1945 menjadi acuan dalam pembangunan karakter bangsa.
Adapun keluhuran nilai dalam Pembukaan UUD 1945 menunjukkan komitmen bangsa Indonesia untuk mempertahankan pembukaan dan bahkan tidak mengubahnya. Laily mengurai kandungan dalam Pembukaan UUD 1945 yang menjadi alasan komitmen untuk tidak mengubahnya.
Pertama, norma dasar universal bagi tegaknya sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Kedua, empat tujuan negara yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Ketiga, mengatur ketatanegaraan Indonesia khususnya tentang bentuk negara dan sistem pemerintahan. Keempat, erdapat rumusan dasar negara yaitu Pancasila.
“NKRI Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 disebutkan negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk republik. Dalam pembangunan karakter bangsa dibutuhkan komitmen terhadap NKRI,” ujar Laily.
Kemudian dia menjelaskan, Bhinneka Tunggal Ika bertujuan menghargai perbedaan atau keragaman namun tetap bersatu dalam ikatan sebagai bangsa Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, Indonesia terdiri dari beragamnya suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). “Keberagaman ini harus dipandang sebagai kekayaan khasanah sosio-kultural, bersifat kodrati dan alamiah!” tuturnya.
Adapun pemilihan nilai-nilai empat pilar ialah untuk mengingatkan kembali kepada seluruh komponen bangsa agar pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara terus dijalankan. “Dengan tetap mengacu kepada tujuan negara yang dicita-citakan, serta bersatu padu mengisi pembangunan agar bangsa Indonesia lebih maju dan sejahtera,” harapnya.
Peran PWNA di tengah perubahan zaman yang cepat berubah, menurut Laily, kader muda Muhammadiyah harus bisa menyesuaian diri dan ikut memberi warna. “Garda terdepan dalam mempererat kebangsaan dalam membangun Indonesia berkemajuan!”
Harapannya, PWNA Nasyiatul Aisyiyah sebagai wadah generasi muda wanita yang nantinya akan melahirkan generasi penerus bangsa perlu penguatan tentang kebangsaan. “Diharapkan ke depan akan lahir generasi yang benar-benar melaksanakan nilai Pancasila dan menjaga keutuhan bangsa sehingga tidak ada lagi generasi muda yang lemah dan mudah terpengaruh SARA dan Budaya Barat,” imbuhnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni