Aisyiyah dan Tantangan Penguatan Keluarga Sakinah oleh Mohamad Su’ud, aktivis Muhammadiyah.
PWMU.CO– Musyawarah Daerah (Musyda) ke-12 Aisyiyah Kabupaten Lamongan berlangsung di Sabtu-Ahad, 6-7 Mei 2023 sangat terasa gebyarnya.
Apalagi di arena ini dihadiri dua tokoh nasional, yaitu Menter Perdagangan Dzulkifli Hasan dan anggota DPR Prof Dr Zainuddin Maliki. Hadir juga Bupati Lamongan Dr Yuhronur Efendi.
Sejak pagi kampus Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) dipadati oleh para anggota, peserta, dan penggembira Musyda. Bazar, ekpo, kreasi seni turut menyemarakkan musyawarah tertinggi ini.
Sangat terlihat kesiapan dan kesigapan civitas akademika Umla untuk menyukseskan acara Musyda dan tentu loyalitas panitia pelaksana Musyda yang mayoritas perempuan juga ikut menjadi penentu keberhasilannya.
Tema Musyda ke-12 Aisyiyah Lamongan menunjukkan kekuatan idealisme para pimpinan Aisyiyah periode lima tahun ke depan. Aisyiyah bukan sekadar berpikir internal anggota namun juga keumatan secara umum. Aisyiyah Lamongan sudah menjadi menifestasi rahmatan lil aalamiin.
Selain sebagai mitra pemerintah di bidang kewanitaan, Aisyiyah juga menerobos identitas kegenderan. Berbagai usaha dan aksi telah dilakukan, di antaranya meningkatkan harkat dan martabat wanita sesuai ajaran Islam, meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkajian terhadap ajaran Islam.
Juga meningkatkan semangat jihad zakat, infak, sedekah, wakaf, dan hibah, meningkatkan peran kehidupan berbangsa dan bernegara dalam berbagai bidang, mengembangkan kebudayaan meningkatkan pendidikan dan memperoleh ilmu pengetahuan.
Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang kesejahteraan sosial, kesehatan dan lingkungan hidup, meningkatkan upaya penegakan hukum keadilan, kebenaran, perlindungan hak asasi manusia dan melakukan advokasi serta pendidikan kewarganegaraan, meningkatkan ukhuwah dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait baik dalam maupun luar negeri.
Upaya-upaya inilah menjadi pembeda gerakan Aisyiyah dengan gerakan lain. Warisan luhur Nyai Walidah, istri KH Ahmad Dahlan terus mengalir dalam darah para aktivis. Tidak terkooptasi dengan kepentingan sesaat. Tidak tergoda dengan rayuan sepintas, apalagi sekadar mencari ketenaran di organisasi. Terlalu kecil jika peran besar Aisyiyah dalam berbagai aspek kehidupan ditukar hanya untuk kepentingan materi.
Aisyiyah lahir, sebagai wujud spirit dari surah an-Nahl ayat 97. ”Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Dorongan spiritual yang akan menjadi ruh perjuangan Aisyiyah melepas belenggu.
Lemahnya Pilar Dakwah Keluarga
Tulisan ini akan lebih menfokuskan pada tantangan dakwah Aisyiyah menghadapi rapuhnya pilar keluarga sebagai penyangga peradaban bangsa.
Di awal berdirinya, 19 Mei 1917, Aisyiyah lebih menfokuskan kepada dua hal, yaitu kemerdekaan hak-hak perempuan, pembinaan wanita dan keluarga.
Peran ini tidak boleh dan tidak mungkin hilang pada jati diri Aisyiyah, karena memang Aisyiyah sebagai mitra dan penyeimbang Muhammadiyah sampai kapanpun.
Menurut laporan Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama (PA) Lamongan, bahwa sejak Januari hingga akhir Oktober 2022, angka pengajuan cerai di Kabupaten Lamongan mencapai 2.442. Jumlah ini meningkat tajam dibandingkan dengan tahun 2021. Trend tiap tahun naik.
lebih mengejutkan perkara perceraian yang masuk didominasi oleh perempuan atau gugat cerai sebanyak 2.102 perkara. Sementara pengajuan oleh laki-laki atau cerai talak hanya 809 perkara.
Untuk rentang usia yang mengajukan gugatan, kebanyakan berkisar antara 30-40 tahun. Yang menjadi faktor gugatan perceraian di antaranya narkoba, judi online, cekcok, ekonomi dan selingkuh.
Tidak mungkin Aisyiyah menutup mata akan hal ini. Ini bagian dari tantangan dan peluang dakwah. Harus ada langkah tersistem dan berkelanjutan untuk memberikan solusi hal tersebut.
Usia keluarga yang potensi “lemah dan rapuh” adalah usia produktif. Ini adalah aset bangsa dan umat serta menjadi persemaian kader persyarikatan.
Aisyiyah dan Fokus Keluarga Sakinah
Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah mentanfidzkan Keputusan Musyawarah Nasional Tarjih XXVIII tentang Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah. Sejak tahun 1985 Pembinaan Keluarga Sakinah menjadi program unggulan Aisyiyah. Buku ini menjadi panduan utama.
Sebagai bentuk keseriusan hal tersebut, maka dalamperiode 2015-2020, Aisyiyah telah menetapkan beberapa program di bidang Pembinaan Keluarga, yaitu:
Pertama, menguatkan pembinaan keluarga dengan basis nilai-nilai agama untuk membentuk manusia yang memiliki kekokohan iman mentalitas dan karakter yang kuat sehingga mampu mengembangkan potensi dan kapasitas diri yang berguna bagi dirinya keluarga masyarakat dan bangsa..
Kedua, meningkatkan kesadaran tentang hak-hak dan kewajiban dalam keluarga serta kesadaran tentang kesetaraan relasi laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam,
Ketiga, meningkatkan dan mengintensifkan peran keluarga orang tua dan orang dewasa sebagai pendamping anak dalam beradaptasi dengan dunia media dan informasi yang sangat berpengaruh pada perkembangan kejiwaan dan kehidupan anak-anak melalui pendidikan media literasi.
Keempat, mengintensifkan pembinaan keluarga khususnya bagi anak-anak dan remaja yang berpedoman pada tuntunan keluarga sakinah.
Kelima, mengembangkan model pendidikan bagi orang tua (parenting) dalam pembinaan karakter anak di keluarga melalui berbagai model sesuai dengan tuntunan keluarga sakinah.
Keenam, melakukan percepatan suksesnya program keluarga sakinah dengan mengintegrasikan ke seluruh program Aisyiyah.
Tentu program dan langkah-langkah itu tidak sekedar goresan manis musyawarah. Diperlukan sumber daya manusia yang mampu menggerakan dan mengawal program menjadi aksi nyata.
Selamat Bermusyawarah Daerah.
Nasrun minallah.
Editor Sugeng Purwanto