Kiai Dawam Sering Menangis saat Akan Melepas Santrinya. Liputan Gondo Waloyo, Kontributor PWMU.CO Lamongan
PWMU.CO – Sebanyak 312 santri Kelas XII Madrasah Aliyah (MA) Pondok Pesantren Al Ishlah Sendangagung Paciran Lamongan Jawa Timur diwisuda di depan Gedung STIQSI, Sabtu, (6/5/2023).
Acara yang dihadiri sekitar 800 orang ini dimulai pukul 07.30 WIB dan berakhir pukul 12.00 WIB. Saat pra acara, diisi qiraatul Quran bil ghaibi (hafalan Quran) selama 30 menit. Hafalan ini dibawakan oleh 7 wisudawan-wisudawati.
Mereka adalah Amrina Rosyada (hafal 7 Juz), Afifatuz Zahra (hafal 7 Juz), Dwi Rosita (hafal 10 Juz), Intan Hafizatuz Zahra (hafal 6 Juz), M Izzaturrusuli (hafal 9 Juz), M Ainur Rofiq (hafal 5 Juz) dan Azriel Kevin Alfarizqi (hafal 5 juz).
Koordinator Tahfidh MA Al Ishlah, Yusuf Abidin SQ, mengatakan, dirinya mengusulkan kegiatan tahfidh bil ghaibi saat pra acara wisuda, agar kegiatan ini berbeda dari sebelum-sebelumnya.
“Ini pertama kali pra acara wisuda diisi dengan qiraatul Quran bil ghaibi, biasanya diisi dengan nyanyi atau yang lainnya. Semoga ini bisa menginspirasi yang lain,” harap Anggota Majelis Tabligh PDM Lamongan 2015-2022 ini.
Santri dari Ujung Barat hingga Timur Indonesia
Kepala MA Al Ishlah Sendangagung, Drs KH Agus Salim Syukran MPdI menjelaskan, dari 312 siswa yang disiwuda, ada yang datang dari wilayah barat Indonesia, yakni dari Mentawai Sumatera Barat (Paulus Ferdinand / Abdurrahman) dan dari wilayah paling Timur Indonesia yakni Timika Papua Barat (Ladys Sibrilla).
“Para wisudawan ini adalah santri yang teruji kesabarannya. Karena bagi mereka yang tidak sabar, sudah pasti tidak sampai bertahan di kelas XII ini,” jelas Agus Salim dalam laporannya.
M Sa’id SPd MPd, orang tua dari siswa Kelas XII IPS I Dawn Sunday, saat mewakili sambutan wali santri, merasa kagum dengan ketertiban anak-anak saat mengikuti acara wisuda ini.
“Hanya ada di Ponpes Al Ishlah Sendangagung, anak-anak begitu tertib dan terdiam tidak bergeming saat acara sebesar ini berlangsung. Ini pertama kali saya merasakan kesakralan acara wisuda, tidak gaduh,” papar Sekretaris Majelis Dikdasmen PDM Lamongan ini.
Dia juga merasa, selama anaknya mondok di pesantren ini banyak perkembangan dalam bidang kedisiplinan ibadah, Bahasa Arab dan Inggris, serta kemandirian.
“Untuk itu, saya merasa fardlu ain untuk menyampaikan terima kasih kepada asaatidz di Ponpes ini,” tandas Said, Kepala SMPN Laren yang asli Parengan Lamongan ini.
Alasan Kyai Dawam Menangis
Sementara itu, Pengasuh Ponpes Al Ishlah Sendangagung, Drs KH Muhammad Dawam Sholeh, mengaku sering menangis saat akan melepas santrinya, dan selalu menangis saat memberi nasehat wisuda.
“Ibarat seorang ibu yang akan melahirkan anaknya, penuh kekhawatiran bila anaknya lahir tidak sempurna. Khawatir pula anaknya nanti tidak bisa apa-apa, atau bahkan melahirkan anak yang durhaka. Inilah kekhawatiran saya sebelum anak-anak ku keluar dari pondok pesantren ini,” tegas pendiri Ponpes Al Ishlah Sendangagung ini.
Sebelum turun dari panggung, anggota badan waqaf Gontor ini memimpin doa untuk kebaikan Ponpes Al Ishlah, santri-santrinya, juga alumninya agar menjadi shalih, berguna, sukses dan maju demi menegakkan kalimat Allah. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni