Politisi Perempuan Ini Memotivasi Kader Nasyiah Nyaleg, Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Wakil Ketua DPRD Gresik Nur Sa’idah membahas perempuan dan kepemimpinan di Musyawarah Wilayah (Musywil) Ke-12 Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur, Sabtu (6/5/2023).
Dia hadir bersama dua tokoh perempuan inspiratif lainnya di seminar bertema ‘Memajukan Perempuan, Menguatkan Peradaban’. Di Hall Sang Pencerah lantai 8 Gedung I Universitas Muhammadiyah Gresik itu, Nur menjadi pembicara bersama Ketua PKK Trenggalek Novita Hardini dan Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Diyah Puspitarini SPd MPd.
Nur Saidah awalnya mengungkap, seorang perempuan biasanya memahami detail kegiatan di lapangan, mulai dari hal kecil dan terkait teknis. Begitupula dalam hal pekerjaan, perempuan biasanya mengemban tanggung jawab lebih tinggi.
Tokoh wanita yang akrab disapa Nur itu yakin, para kader Nasyiah utusan Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) se-Jawa Timur yang hadir di sana merupakan perempuan-perempuan yang sudah memiliki pemikiran lebih dari rata-rata wanita pada umumnya. “Kalau sudah mengerucut menjadi pimpinan yang jumlahnya tidak banyak, tentu itu orang-orang yang terpilih,” ujarnya.
Kenyataannya, lanjut Nur, tidak banyak perempuan yang menjadi pemimpin atau menduduki posisi-posisi jabatan tertentu. “Semakin hari, semakin waktu bertambah, ternyata keberadaan perempuan yang jadi pemimpin itu tidak banyak. Dibuktikan dengan data tahunan berapa jumlah pemimpin perempuan,” ujarnya.
Di Gresik, dari 50 anggota DPRD sekarang hanya 8 saja yang perempuan. Padahal dulu pernah mencapai 10 orang perempuan. “Padahal kalau kita punya pimpinan di lembaga-lembaga pemerintah itu semakin banyak perempuan, maka kita semakin banyak terwakili,” ungkapnya.
Nur kemudian berbagi petuah, “Perempuan sebelum menjadi apapun harus membekali diri terlebih dahulu dengan ilmu supaya bisa bersaing dengan laki-laki. Perempuan sebelum mendidik anak, keluarga, dan warga sekitar harus mendidik dirinya sendiri dengan membekali ilmu.”
Dari pengalamannya belasan tahun menjadi DPRD, Nur belajar, menjadi anggota DPRD sejak usia 37 tahun hingga sekarang berusia 50 tahun ini banyak ilmu yang terus dia pelajari setiap hari.
“Perempuan harus maju lebih dulu. Saya yakin di Nasyiatul Aisyiyah ini orang-orang yang berilmu. Digembleng di organisasi. Jadikanlah Nasyiatul Aisyiyah ini organisasi yang bisa membuat ibu-ibu maju,” imbaunya.
Sifat Pemimpin
Nur menginformasikan di DPRD kini ada empat pimpinan dengan beranggotakan 46 orang. “Yang dipimpin itu tidak ada yang bodoh. Tidak ada orang yang tidak punya, uangnya banyak semua. Mereka para politisi semuanya yang punya tujuan dan cita-cita yang sama,” ungkapnya.
Maka dari itulah Nur menekankan, “Kalau mau memimpin, tentu harus lebih pintar dari yang dipimpin!”
Ketika mereka rapat pengambilan keputusan, kata Nur, lokasinya bukan di kantor bupati tapi di kantor DPRD. “Yang memimpin ada Bu Nur, perempuan. Saya sampaikan begini bukan sombong tapi supaya bisa memotivasi,” lanjutnya.
Nur kemudian memotivasi, “Maka dalam kontestasi ikhtiar, di setiap pemilu bilamana ada Nasyiatul Aisyiyah yang ingin menjadi calon-calon legislatif yang nanti bisa mengemban amanah sampai di kursi DPRD, saya acungi jempol!”
Kalau sudah menjadi pimpinan organisasi di tingkat ranting, cabang, daerah, maupun wilayah kata Nur adalah modal. “Nanti di pejabat pemerintah daerah juga sama seperti itu. Kita akan membuat kebijakan-kebijakan yang langsung bisa dinikmati masyarakat,” imbuhnya.
Kepada para pimpinan NA mulai di tingkat ranting, Nur berpesan agar mempunyai integritas. “Tingkah lakunya bisa dijadikan contoh. Jangan anggap organisasi kecil anggotanya nggak banyak, bisa seenaknya sendiri! Kita pasti akan dikenang orang,” ujarnya.
Dia juga berpesan, selama masih punya jabatan di kepengurusan atau organisasi, ciptakan citra diri yang baik dan bisa menginspirasi anggota yang lain. “Kalau bisa, setelah kita memimpin, anggotanya bertambah banyak. Itu targetnya!” ujarnya.
Untuk itulah dia mengimbau pemimpin harus cepat beradaptasi dan ramah. Kemudian Nur juga berpesan, pemimpin perempuan harus bisa mengontrol emosi.
“Tidak ada hidup yang tidak punya masalah. Pandai-pandailah mengontrol emosi dalam kehidupan berumah tangga. Perempuan harus kuat. Meminimalisir masalah itu menjadi nomor satu,” tuturnya.
Di samping itu, Nur Saidah juga mengimbau kepada para kader Nasyiah untuk menciptakan rasa percaya diri. Bahwa dirinya pintar dan mampu. “Harus berani!” ajaknya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni