PWMU.CO – Dua peristiwa penting di masa Idul Fitri 2023 merupakan isyarat Muhammadiyah bakal dapat tekanan di masa depan.
Demikian disampaikan Anwar Hudijono, wartawan senior di hadapan jamaah Fajar Shodiq di Masjid Nurul Azhar, Porong, Sidoarjo, Ahad (7/5/2023).
Dua peristiwa penting itu, kata Anwar Hudijono, pertama, penghalalan darah warga Muhammadiyah oleh peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang Hasanudin.
Kedua, pelarangan shalat Id yang diselenggarakan Muhammadiyah oleh Pemkot Pekalongan, Jawa Tengah dan Pemkot Sukabumi, Jawa Barat.
Menurut dia, dalam perspektif eskatologi Islam (ilmu akhir zaman), dua peristwa ini bukan fenomena remeh temeh. Melainkan tengara dini bahwa ke depan Muhammadiyah akan mendapat tekanan lebih dahsyat lagi. Apalagi ketika Muhammadiyah berani mencanangkan go global.
Dua peristiwa yang terjadi hampir bersamaan ini, sambung dia, adalah suatu fenomena baru. Sudah sering Muhammadiyah berbeda dengan pemerintah dalam menetapkan waktu shalat Idul Fitri. Biasanya pemerintah tidak pernah mempermasalahkan. Baru kali ini Muhammadiyah dinilai tidak patuh pada pemerintah karena shalat Id yang beda.
”Baru kali ini pula darah warga Muhammadiyah dihalalkan oleh peneliti BRIN, bahkan mungkin oleh manusia. Ini sungguh aneh bagaimana pergulatan di ranah ilmiah bergeser ke arah kriminalisasi,” tandas mantan wartawan Kompas ini.
Menurut Anwar Hudijono, kedua peristiwa ini bukan suatu kebetulan. Ia meyakini itu qadarullah, terjadi atas kehendak Allah. Bisa dipahami sebagai tengara atau peringatan dini dari Allah apa yang akan dialami Muhammadiyah ke depan.
Lantas dia menyebut nubuwat Rasulullah Muhammad. Berdasar hadits dengan musnad Ahmad bin Hambal, pada akhir zaman agama tertekan dan ilmu dijauhi. Dua variabel ini melekat pada eksistensi Muhammadiyah. Yaitu sebagai oraganisasi keagamaan yang konsentrasi pada pendidikan.
”Peneliti BRIN itu kan identik dengan manusia ilmiah, rasional. Kok tiba-tiba bersikap layaknya kriminalis. Hal ini bisa dipersepsi sedang terjadi kemerosotan ilmu atau ilmu dijauhi,” katanya.
Pertanda lain adalah bisa dilihat ada orang bergelar doktor, profesor, tetapi memilih jadi buzzer di mana buzzer adalah simbol kemerosotan ilmu. Manusia modal asal njeplak (bicara).
Syiar Islam
Larangan shalat Id (meski akhirnya dibatalkan) dengan alasan yang dibuat-buat merupakan tengara ke depan tekanan terhadap syiar Islam semakin kuat. Karena salah satu misi shalat Id digelar di lapangan itu adalah syiar Islam.
Hal itu sesuai dengan Quran surah Shaf ayat 8. Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya.
Anwar mengatakan, ketika Muhammadiyah menyatakan go global seperti yang digaungkan di Muktamar Solo tahun 2022, maka berarti Muhammadiyah mau tidak mau, suka tidak suka akan berhadapan dengan penguasa global. ”Kekuatan global itu bukan kaleng-kaleng,” tutur mantan Pemimpin Redaksi Harian Surya itu.
Siapa penguasa global? Anwar Hudijono mengatakan, secara substansial adalah mereka yang dulu dihadapi kaum Hawariyun atau murid setia Nabi Isa al-Masih. Mereka adalah persekongkolan kaum Yahudi kafir dan dan kaum musyrikin.
Dalam Quran surah Ali Imran 52 disebutkan: Maka ketika Isa merasakan keingkaran mereka (Bani Israel), dia berkata, “Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk menegakkan agama Allah?” Para Hawariyun menjawab, ”Kamilah penolong (agama ) Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang muslim.”
”Kaum Hawariyun saat itu dihadapkan pada dua pilihan yaitu hidup mulia atau mati syahid. Isy kariman au mut syahidan. Mulia sebagai umat tauhid, atau mati syahid karena membela agama Allah. Dan banyak pengikut setiap Isa yang mati syahid,” katanya. (*)
Penulis Darul Setiawan Editor Sugeng Purwanto