Ketua Terpilih PWNA Jatim: Wanita Bukan sebagai Pelengkap. Liputan Mohamad Su’ud, Kontributor PWMU.CO Lamongan
PWMU.CO – Desi Ratna Sari SH atau yang familiar dipanggil Mbak Desi, tidak asing lagi bagi kalangan aktivis Muhammadiyah. Ketua Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Lamongan ini juga aktif di Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Lamongan.
Istri dari Manajer Koperasi Surya Medika Timur, Koperasi Jaringan RSMA Jawa Timur Afan Alfian ini, semakin moncer ketika terpilih menjadi Ketua Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur periode 2022-2026.
Dia terpilih melalui forum Musyawarah Wilayah (Musywil) Ke-12 Nasyiatul Aisyiyah, yang berlangsung pada 6-7 Mei 2023, di Kampus Universitas Muhammadiyah Gresik.
Kepada PWMU.CO, Selasa (9/5/2023), Desi yang sekarang masih menjabat sebagai Ketua Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Lamongan ini mengatakan, dirinya sangat kaget, terharu, dan tidak menyangka, ternyata lebih dari 80% peserta yang hadir memberikan amanah untuk dirinya.
“Saya berusaha ikhlas menerima ketetapan Allah,” katanya singkat.
Desi tidak pernah terpikirkan kalau diamanahi di posisi ketua. Tetapi Desi tidak bisa mengelak ketika musyawarin memberikan amanah kepadanya.
“Yang jelas, sebagai kader Insyaallah selalu siap menjalankan amanah,” tambah Entrepreneur and Business Leader British Propolis Lamongan ini.
Respon Keluarga
Ketika PWMU.CO menanyakan, bagaimana respon keluarga dengan terpilihnya sebagai ketua PWNA yang baru, Desi menjawab dengan tegas, bahwa sejak remaja keluarga sudah mengetahui bahwa dirinya aktif di organisasi, dan alhamdulillah selalu mensupport setiap aktivitas dalam organisasi.
“Kalau suami, jangan ditanya lagi. Insyaallah selalu meridhoi dan mendukung karena juga sesama aktivis,” selorohnya sambil tersenyum simpul.
Strategi Desi Memajukan Organisasi
Empat tahun ke depan Desi ingin menekankan program kaderisasi. Karena menurutnya, Nasyiatul Aisyiyah adalah organisasi kader Muhammadiyah dan Aisyiyah.
“Selain itu, kami akan terus memfasilitasi dan mempermudah komunikasi daerah-daerah agar lebih tahu kebutuhan mereka,” paparnya.
Desi juga mengakui bahwa penyusunan data base organisasi merupakan hal urgent dan mendesak dilakukan.
“Database Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur di bidang kaderisasi sangat diperlukan untuk memetakan kaderisasi dan kebutuhannya. Selanjutnya akan kami bahas dalam pimpinan seperti apa konsep yg menarik buat seluruh kader Nasyiatul Aisyiyah di Jawa Timur,” ungkap alumnus SMA Muhammadiyah 1 Babat ini.
Tantangan Nasyiatul Aisyiyah
Menurut Desi, tantangan dan peluang organisasi ke depan adalah berusaha mengisi ruang-ruang publik. Hal tersebut menjadi tantangan terbesar bagi perempuan. Karena selama ini, masih adanya afirmasi action, yang menempatkan perempuan hanya seolah-olah pada posisi sebagai pelengkap saja.
“Harapan kami ke depan, perempuan sudah bisa diunggulkan dan betul-betul ditempatkan di tempat yang terbaik,” tandas Desi.
Di akhir wawancara, Desi menyampaikan kalimat kunci, “Menjadi perempuan pasti kita mempunyai batasan yang lebih daripada laki-laki. Tetapi batasan itu bukan berati menghapus peluang untuk berproses menjadi sukses,” tegasnya. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni