PWMU.CO – Pendeta Romo Matius Jono dari Gereja Katolik Paroki Sakramen Mahakudus Surabaya mengaku sempat merasakan bersekolah di STM Muhammadiyah 1 Nganjuk.
Cerita itu terungkap di acara silaturahmi jajaran Keuskupan Surabaya ke Kantor PWM Jatim Jl. Kertomenanggal, Kamis (11/5/2023) sore.
Dia bercerita, rumahnya berpindah-pindah karena mengikuti tugas ayahnya yang anggota TNI. ”Kami harus siap berganti-ganti kota. Tahun 1978 saat itu saya masuk di STM Muhammadiyah 1 Nganjuk bersamaan awal berdirinya sekolah ini.
”Sayangnya, di STM Muhammadiyah 1 Nganjuk hanya sebentar. Ayah saya harus pindah tugas lagi ke Cepu,” tutur Pendeta Romo Matius Jono.
Pendeta ini mengaku sangat kagum dengan perkembangan sekolah-sekolah Muhammadiyah yang jumlah makin banyak dan berkualitas.
Wakil Ketua PWM Jatim Dr Nazaruddin Malik MSi ganti bercerita. Dia putra Prof Dr Malik Fadjar, Menteri Pendidikan 2001-2004 dan anggota Watimpres (2015-2019) dan Menteri Agama (1998-1999) hidupnya juga berpindah-pindah sesuai tugas ayahnya.
Nazarudin Malik bercerita, terlahir dari ibu turunan Bugis Makassar, suatu waktu hidup di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB) karena ayahnya bertugas sebagai guru.
Saat di Sumbawa di Jl. Diponegoro tahun 1972, rumahnya dekat dengan Perguruan Katolik. Dulu saat dia kecil kerap dititipkan ibu ke temannya yang mengajar di sekolah Katolik itu.
”Masa kecil saya biasanya pagi di Perguruan Katolik, tapi sorenya mengaji di mushala. Saat itu saya sering diberi vitamin dan coklat oleh pastur-pastur asal Jerman,” kata Wakil Rektor UMM ini.
Cerita lain disampaikan Wakil Ketua PWM Ir Tamhid Masyudi yang punya banyak kenangan bersama para romo di Keuskupan Surabaya, seperti Romo Agus, Romo Pras, dan Romo Eko Budi Susilo.
”Beliau-beliau sering membimbing kita semua. Termasuk sering mentraktir kami saat kunjungan ke daerah. Kami sadar dan memaklumi karena beliau tidak punya anak dan istri,” ungkap Wakil Ketua PWM Jatim Bidang Organisasi, Ideologi, MPKU, dan MLHPB.
Lalu Dr Muhammad Sholikin bercerita tentang kedekatannya dengan dosennya di Unair, Prof Armada atau Romo Armada. ”Beliau sering gak bawa kendaraan sehingga saya kerap mengantarnya ke Gereja Kristus Raja Ambengan, atau ke Sekolah Frateran Indrapura. Kadang juga mengantar pulang ke Malang,” terang Wakil Ketua PWM Jatim Bidang Tabligh, Dakwah Komunitas, dan Pembinaan Masjid.
Rombongan perwakilan Gereja Katolik Keuskupan Surabaya berkunjung ke Kantor PWM Jatim itu dari bidang komisi hubungan antar agama dan kepercayaan.
Ketua Rombongan, Rubbiyanto, menyampaikan permintaan maaf karena Uskup Surabaya Romo Vicensius berhalangan hadir. Begitu juga pimpinan bidang komisi hubungan antar agama dan kepercayaan Keuskupan Surabaya Romo Eko Agus Sulistio masih berada di Denpasar. ”Kami yang mewakili dan menyampaikan salam dari beliau,” kata Romo Rubbiyanto.
“Maksud tujuan kami datang sore ini ingin bersilatuhrahmi agar gereja Katolik dan PWM Jatim dapat terus bersinergi untuk hal-hal kemanusiaan dan budaya. Juga menyampaikan selamat Idul Fitri 1444 H mohon maaf lahir batin,” ucap Rubbiyanto.
Rombongan Keuskupan Surabaya dari bidang komisi hubungan antar agama dan kepercayaan sekaligus masing-masing mewakili gereja yang berbeda.
Antara lain Rubbiyanto dari Gereja Santo Stefanus Manukan, Yusi dari Gereja Salib Suci Pondok Candra, Wanto Redemtor Mundi Dukuh Kupang, Setyawati Notaris, Suster Regina bertugas di RKZ sekaligus dari Capel RKZ, Matius Jono dari Gereja Paroki Sakramen Mahakudus dekat Masjid al-Akbar Surabaya.
Ketua PWM Jatim Dr Sukadiono senang dan bahagia atas kunjungan rombongan ini sebab melanjutkan bangunan hubungan yang telah dibangun pimpinan Muhammadiyah terdahulu.
“Prinsip kami keterbukaan bisa kerja sama dengan siapa saja. Kita punya lembaga yang sangat banyak. Ada pendidikan, kesehatan, panti asuhan kalau nanti bisa kita kerjasamakan sangat bagus, semisal bakti sosial di daerah-daerah terpencil,” kata Sukadiono.
Kata Dokter Suko, kita jangan mempertajam perbedaan, tapi berupaya mencari kesamaan. “Kita sama-sama dari satu garis keturunan, yakni keturunan Nabi Adam dan Nabi Ibrahim. Persamaan ini bila disatukan niscaya bisa menjadi kekuatan yang luar biasa,” tuturnya. (*)
Penulis Muhammad Syaifudin Zuhri Editor Sugeng Purwanto