PWMU.CO – Majelis Agung GKJW (Dewan Greja Kristen Jawi Wetan) mengunjungi PWM Jatim untuk belajar sentralisasi pengolahan aset dan jihad ekonomi di Muhammadiyah.
Hal itu disampaikan Pendeta Natael Hermawan Priyanto, Ketua Majelis Agung GKJW dalam pertemuan dengan PWM Jatim di Kantor Kertomenanggal, Kamis (11/5/2023) sore.
“Kedatangan kami ke sini sebagai langkah awal untuk berguru kepada Muhammadiyah. Kami ingin belajar sentralistik pengolahan aset dan jihad ekonomi,” kata Pendeta Natael.
Pendeta Natael mengaku, GKJW memiliki persamaan dengan Muhammadiyah dalam pengolahan aset yang dilakukan secara sentralistik.
“GKJW merupakan gereja tertua di Jawa. Tahun 1850 sudah ada. Namun secara lembaga resmi berdiri 11 Desember 1931 di Mojowarno Jombang. Kini berpusat di Malang. Jemaah Induk ada 178 terbagi 15 wilayah, ada 202 pendeta, memiliki 4 rumah sakit di Jombang, Mojokerto, Singosari, Malang,” terang Natael.
Rombongan Majelis Agung GKJW terdiri dari Tjahjo Wibowo (Wakil Ketua), Pdt Widi Nugroho (Sekretaris), Damayanti Sadtyasari (Bendahara II), Pdt Sarwindra R (Sekretaris Lintas Iman), Yosep Endro (Humas), Wiwik (Komisi Antar Umat), Pdt Brahm Kharismatus (Komisi Antar Umat), Danny Kr (Tim Media), Pdt Kristanto (Ketua Majelis Daerah Surabaya Timur 1), Wahyu Budi (Komisi Antar Umat Wilayah Surabaya Raya).
Secara teritori GKJW terbatas di Jawa Timur (Jawi Wetan) membentang dari Ngawi hingga Banyuwangi khususnya di sisi selatan, meliputi Pacitan, Tulungagung, Kediri, Blitar, Malang Selatan, Jember, dan Banyuwangi.
Jemaat yang urban tinggal di kota-kota seperti Malang, Mojokerto dan Surabaya.
Jemaat GKJW tersebar ke pelosok-pelosok yang terkadang tinggal di daerah rawan bencana, seperti banjir, longsor hingga erupsi seperti di Semeru kemarin. “Sering kali saat terjadi bencana, kami menemui kendaraan bencana milik Muhammadiyah (MDMC) sehingga kami berharap bisa bersinergi dalam kegiatan kemanusiaan dan ke depannya bisa ditingkatkan pada kerja sama untuk sekolah dan rumah sakit,” ungkap Natael.
Agraris
Sekretaris PWM Jatim, Prof Dr Biyanto mengatakan, perlu ada komitmen dalam melakukan kerja-kerja kemanusiaan lintas etnis, lintas golongan dan lintas agama.
Menurut dia, Muhammadiyah punya perhatian di bidang kebencanaan. Melalui MDMC singkatan Muhammadiyah Disaster Management Center sudah sangat dikenal.
Muhammadiyah sejak 2012 menjadi permanen membership ECOSOC (United Nations Economic and Social Council).
“Alhamdulillah, Muhammadiyah satu-satu ormas Islam Indonesia di ECOSOC hingga dilibatkan dalam penanganan berbagai bencana, seperti gempa di Turki yang lalu,” terang Prof Biyanto.
Menurut Natael, jemaat GKJW mayoritas masyarakat agraris yang tinggal di pelosok desa dengan hasil pertanian yang berlimpah, seperti buah naga di Banyuwangi, nanas di Kelud, melon di Ngoro, dll.
“Terkadang saat panen raya, jemaat kami kebingungan mau dijual ke mana hasil pertanian mereka. Kemarin kami dengar di Malang, Muhammadiyah menggagas Jihad Ekonomi. Mbok yao, kami juga dijawil (diajak),” harap Natael.
“Kami minta restu, jika GKJW di kabupaten mau sowan ke PDM di masing-masing kabupaten kota se Jawa Timur, agar tidak kaget adanya GKJW yang khotbah bahasa Jawa, lagu bahasa Jawa dan jemaatnya kulitnya agak mangkak,” kelakar Pendeta Natael.
Ketua PWM Jatim, Dr dr Sukadiono MMA, mengucapkan terima kasih atas kedatangan rombongan Majelis Agung GKJW sehingga silaturahmi bisa tetap terjaga. Melanjutkan apa yang sudah dibangun pendahulu. Kami merasa senang atas atensi dari jajaran pimpinan GKJW.
“PWM Jatim siap menyinergikan MDMC dan EMT (Emergency Medical Team) pasukan khusus yang sangat terlatih dalam menangani bencana,” ujar Suko.
Dia menyampaikan, hubungan Pendeta Natael dengan Muhammadiyah cukup dekat karena sering diundang dalam beberapa acara PWM Jatim, termasuk sebagai tamu kehormatan dalam Musywil dan kajian Ramadhan.
Penulis Muhammad Syaifuddin Zuhri Editor Sugeng Purwanto