Abdul Mu’ti ‘Diculik’ PCIM Malaysia, Begini Reaksinya. Liputan Mundzirin, Kontributor PWMU.CO Malaysia
PWMU.CO – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Dr Abdul Mu’ti MEd, hadir dalam acara Silaturrahmi Idul Fitri 1444 H dan Peluncuran Buku Pribadi Berkemajuan karya Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia, Jumat (12/5/2023).
Ia tiba di tempat acara TPA PRIM-PRIA Kampung Baru sekitar pukul 2.30 siang. Sebelum acara dimulai Abdul Mu’ti sempat makan siang bersama keluarga besar Muhammadiyah Malaysia di Warung Soto Lamongan (Wasola), yang merupakan amal usaha PCIM Malaysia terletak di depan TPA tempat acara.
Prof Abdul Mu’ti datang ke Malaysia menjadi narasumber Seminar Persidangan Serantau Ke-2 Hidup Bersama dalam Budaya Damai yang diselenggarakan oleh Institut Pemikiran dan Kepemimpinan Siddiq Fadzil (IPKSF), Universiti Selangor (UNISEL) dan Institut Darul Ehsan (IDE).
Seminar dengan tema Pendekatan Madani: Mengurus Kepelbagaian dalam Bingkai Kesatuan ini digelar di Acapella Suite Hotel Shah Alam Selangor Malaysia, Jumat (12/3/2023). Acara dimulai pukul 8.30 dan selesai pukul 11.00 waktu Malaysia.
Setelah mengisi seminar, Prof Abdul Mu’ti ‘diculik’ oleh Ketua PCIM Malaysia Muhammad Ali Imran untuk mengisi acara Silaturrahmi Idul Fitri 1444 H bersama keluarga besar Muhammadiyah Malaysia.
“Atas bantuan Pak Sonny dan koordinasi yang baik dari panitia, alhamdulillah PCIM berhasil menculik Pak Sekum usai seminar untuk hadir pada acara silaturahmi ini,” kata Umai, sapaan akrab Muhammad Ali Imran.
Dalam sambutannya, Umai juga melaporkan perkembangan PCIM-PCIA Malaysia yang insyaallah periode kepemimpinan 2023-2025 ini akan dilantik atau pengukuhan pada 27 dan 28 Mei 2023.
Dia juga memberi tahu tentang rencana Pembelian Rumah Dakwah. “Selama ini rumah dakwah PCIM Malaysia ini masih menyewa, jadi kami mempunyai keinginan yang mendalam untuk mempunyai rumah dakwah sendiri, dan kami mohon doa restunya,” kata Umai.
PCIM Malaysia Diharapkan Jadi Role Model
Menanggapi hal tersebut, Prof Mu’ti mengapresiasi dan sangat mendukung keinginan PCIM Malaysia untuk mempunyai rumah dakwah sendiri. Dia berpesan agar rumah dakwah itu nanti menjadi pusat dakwah dan rumah multi fungsi.
Abdul Mu’ti juga mengatakan, Muhammadiyah sudah mempunyai 30 Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di seluruh dunia, dan ada 4 PCIM yang sudah berbadan hukum di negara setempat. Yakni Australia, Jepang, Jerman dan Amerika Serikat.
“Muhammadiyah Malaysia termasuk salah satu dari 3 besar Cabang Istimewa yang kami harapkan bisa menjadi model. Bagaimana bentuk Muhammadiyah di luar negeri dan juga bagaimana internasionalisasi Muhammadiyah itu dikembangkan. Tiga besar PCIM itu ialah Australia, Mesir, dan Malaysia,” tutur Mu’ti.
Dia juga mengatakan, PCIM Malaysia ini sangat besar dan sempat menjadi bahan diskusi di PP Muhammadiyah, apakah AD/ART Muhammadiyah itu bisa diubah dengan memberi ruang, dibentuk Pimpinan Daerah Istimewa Muhammadiyah (PDIM).
“Sejak abad ke-2, misi internasionalisasi Muhammadiyah sudah dicanangkan. PCIM Malaysia mempunyai potensi yang sangat besar dan sangat strategis dalam agenda internasionalisasi Muhammadiyah ini,” tandasnya.
Oleh sebab itu, dia berharap, semangat menjadikan Muhammadiyah Malaysia ini sebagai model dakwah di luar negeri menjadi agenda besar yang bisa dipikirkan bersama-sama. “Tentu saja tidak mudah tapi bukan sesuatu yang mustahil,” tutur Mu’ti.
Tiga Strategi Internasionalisasi Muhammadiyah
Menurut Mu’ti, pilihan internasional itu ada tiga. Pertama, Muhammadiyah Network melalui sister organisasi dan PCIM di seluruh dunia. Kedua, memublikasikan Muhammadiyah seluas-luasnya dalam bahasa-bahasa dunia. Ketiga, membawa warga negara asing kuliah atau sekolah di Muhammadiyah.
“Nabi Muhammad saw itu kan diutus sebagai rasul semesta alam. Di sinilah internasionalisasi menjadi pilihan dakwah Muhammadiyah. Bahwa Muhammadiyah tidak hanya sebatas menjadi pengikut Nabi Muhammad, tetapi juga mengembangkan misi dakwah Nabi Muhammad saw,” tandasnya.
Di akhir tausiyah, Prof Mu’ti berpesan agar warga Muhammadiyah di Malaysia ini mengikuti perkembangan Muhammadiyah dari sumber yang benar dan tidak mudah percaya serta tidak membagikan atau berkongsi tulisan-tulisan tentang Muhammadiyah yang belum jelas sumbernya.
“Warga Muhammadiyah harus menjadi contoh, bagaimana menjadi warga negara Indonesia yang baik dan juga menjadi penduduk Malaysia yang baik. Karena itu adalah bagian dari kita menunjukkan pada dunia, dan pada masyarakat Malaysia, bahwa Muhammadiyah itu gerakan yang anggota-anggotanya, atau pribadi-pribadinya berkemajuan,” pungkasnya. (*)
Editor Sugeng Purwanto