PWMU.CO – Ada kisah menarik yang disampaikan Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) PP Muhammadiyah, Kompol (P) Drs H Muhammad Jamaludin Ahmad, saat memberi tausiah dalam Pengajian Subuh Berjamaah bersama Keluarga (SURGA) di TPA Al-Hikmah, Babat, Ahad (29/4).
“Di sekolah saudara saya, yang siswanya sudah diajarkan tentang akhlak, ibadah, dan mengaji, namun dalam kenyataannya, akhlaknya masih kurang baik. Maaf, dalam bahasa kasarnya, kurang ajar,” kata Jamaludin memulai cerita.
(Baca: Luar Biasa! Pensiun Dini dari Polri untuk Fokus Dakwah di Usia Produktif dan Ini Pengakuan Mubaligh Muhammadiyah yang Pernah Punya Istri Muda)
Melihat kenyataan seperti itu, maka Jamaludin mengumpulkan semua guru untuk menjelaskan tentang makna bersyukur yang ada dalam surat Lukman ayat 12-14. “Seorang muslim yang dewasa bagaikan gelas yang dibuka tutupnya. Tentu akan menerima apa yang akan dimasukkannya. Inilah nilai syukur yang memiliki sifat terbuka,” kata dia. ”Beda jika gelas itu tetap tertutup, maka tidak akan bisa masuk baik itu susu, kopi, atau air putih.”
Menurut Jamaludin, sejak itu, kepala sekolah mempraktikkan nilai syukur tersebut. “Bila ada walimurid datang ke sekolah diucapkan terima kasih. Para guru juga demikian, mengucapkan terima kasih kepada siswa yang datangnya tepat waktu,” cerita dia.
(Baca juga: Menemukan Makna Ihsan dalam Kehidupan Sehari-hari)
Jamaludin mengatakan, ada tiga hal yang sulit dilakukan setelah seseorang lama menikah. “Mengucapkan terima kasih, meminta maaf, dan memuji atau memotivasi pada pasangannya,” jelasnya sambil bertanya kepada peserta pengajian kapan terakhir mengucapkan terima kasih?
Peserta pun beragam dalam merespon pertanyaan itu. Ada yang menjawab, “Tidak pernah”, ada juga yang manggut-manggut saja. Ibu-ibu pun hanya tersenyum. “Kapan ibu-ibu terakhir meminta maaf?” tanya Jamaludin. Mendengar pertanyaan itu, seorang bapak spontan menjawab, “Ketika hari raya.” Hadirin pun tertawa, karena merasa tersindir.
Di samping menganjurkan para orangtua melakukan 3 hal di atas, Jamaludin juga mengajak mereka selalu mendoakan putra-putrinya. “Nabi Muhammad Saw sangat sayang kepada putrinya Fatimah Az-Zahra. Diciumnya Fatimah pada saat tertentu, dan didoakan,” ujarnya.
(Baca juga: Meriahnya Jamaah Shalat Subuh di ‘SURGA‘)
Jamaludin juga mengungkapkan bagaimana hubungan bapak-anak ini menjelang wafatnya Nabi SAW. “Ketika beliau terbaring sakit, Fatimah-lah yang tak henti-hentinya bersedih. Kemudian beliau pun membisikkan sesuatu ke telinga Fatimah, ‘Aku akan pergi, tetapi engkau pertama kali yang akan menyusul.’ Sontak raut muka Fatimah menjadi senang. Hanya berselang enam bulan, akhirnya Fatimah Az-Zahra menyusul Nabi Muhammad SAW,” kisah Jamaludin.
Kepada anak-anak dan remaja Jamaludin berpesan agar selalu berterima kasih kepada ibu dan bapak. “Ketika anak sakit, maka ibulah yang tidak dapat tidur,” kata dia sambil membaca surat Luqman ayat 14, “Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua ibu-bapaknya ibunya telah mengandungnya keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu-bapakmu. Hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Hilman Sueb)