PWMU.CO – Tiga tantangan Muhammadiyah Yogyakarta disampaikan Ketua PWM DIY, Muhammad Ikhwan Ahada, dalam acara Peneguhan Visi, Misi, dan Komitmen di Aula Masjid Sudja’ RS PKU Muhammadiyah Gamping, Kamis (18/5/2023).
Ketua PWM DIY M. Ikhwan Ahada menyampaikan arah kebijakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2022-2027.
Dia memaparkan, Muhammadiyah harus menjadi alat dakwah amar makruf nahi mungkar melalui sinergi dengan seluruh komponen umat dan bangsa.
Dia menuturkan perlu kemitraan di tingkat daerah, nasional, dan internasional agar tercipta pranata sosial berkemajuan bagi tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai Islam di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ikhwan Ahmada menyebut ada tiga tantangan PWM DI Yogyakarta. Pertama, problem internal seperti infiltrasi gerakan Islam transnasional ke dalam tubuh Muhammadiyah Yogyakarta.
Kedua, kedekatan PWM Daerah Istimewa Yogyakarta dengan mitra dakwah. Ketiga, respon terhadap problem sosial seperti kenakalan remaja (klithih), kekerasan berbasis agama, disparitas kaya-miskin.
”Problem internal di persyarikatan dipecahkan dengan dengan konsolidasi di semua lini,” katanya.
Sementara Sekretaris PWM DIY Arif Jamali Muis mengatakan, acara ini bertempat di Aula Masjid Sudja memiliki dasar historis dan ideologis.
”Pertama Muhammadiyah DIY ingin menegaskan masjid harus menjadi sentral pengembangan ide, gagasan, pemberdayaan, dan peradaban berkemajuan. Masjid juga harus menjadi pusat peradaban umat, bangsa dan negara,” katanya.
Kedua, Kiai Sudja’ adalah tokoh besar Muhammadiyah yang mampu menerjemahkan dengan baik teologi al-Maun dengan visi yang jauh ke depan.
”Kiai Sudja’ tokoh berdirinya RS PKU Muhammadiyah yang pada akhirnya menjamur ke seluruh nusantara. Muhammadiyah DIY adalah laskar-laskar Sudja’ yang akan menjadi pelopor kemajuan abad kedua Muhammadiyah ini,” tuturnya.
Menurut dia, Muhammadiyah DIY akan menjadi organisasi yang unggul dan berkemajuan. Anggotanya lebih dari 648 orang dengan dengan latar belakang pendidikan, profesi, dan strata pendidikan yang beragam. Rentang usia 80 persen di bawah 50 tahun.
”Sinergi dan kolaborasi antar majelis , lembaga, dapat dilakukan melalui implementasi program kerja yang terukur selama lima tahun,” ujarnya.
PWM DIY, sambung dia, selalu mengelaborasi program dan monitoring secara periodik untuk melihat ketercapaian program kerja majelis dan lembaga melalui performance indikator program.
Penulis Budi Editor Sugeng Purwanto