PWMU.CO – Semarak Musyda Muhammadiyah Trenggalek mulai dibuka di lapangan Ngulan Kulon Kec. Pogalan, Jumat (19/5/2023) siang.
Warga desa dan Muhammadiyah se-Kabupaten Trenggalek berdatangan meramaikan. Lapangan itu di sebelah selatan Pondok Tahfidh MBS Trenggalek. Di Kampus 3 MBS ini tempat berlangsungnya Musyda ke-11 Muhammadiyah Trenggalek sore ini.
Di lapangan Ngulan Kulon digelar bazar dengan 24 stand dan panggung pentas seni. Bazar diisi oleh amal usaha Muhammadiyah, Ortom, PCA, juga produk UMKM masyarakat umum. Panggung menampilkan pentas seni siswa sekolah Muhammadiyah se-Trenggalek.
Masyarakat sangat antusias meramaikan semarak Musyda ke-11 Muhammadiyah Trenggalek. Siang paling ramai di stan bakso. Mereka antre bakso gratis Soneta.
Ketua Panitia Musyda Mujiarto menyampaikan, untuk mengenalkan Muhammadiyah ke masyarakat diadakan semarak Musyda Muhammadiyah yang berhubungan langsung dengan warga.
”Musyda sebelumnya tidak ada semaraknya. Hanya agenda sidang pleno, sidang komisi, pemilihan PDM,” paparnya.
Musyda ke-11 Muhammadiyah Trenggalek tahun ini, sambung dia, disemarakkan pentas seni, bazaar, diisi oleh AUM, organisasi otonom, pimpinan cabang, dan peserta lainnya yang menempati stan. Ada stan makanan, minuman, buku, pakaian, HP, dan lainnya.
”Inspirasinya dari pelaksanaan muktamar di Solo yang diramaikan dengan semarak muktamar. Pelaksanaan Musyda juga begitu. Kalau di muktamar itu ada Tanwir sebelumnya, maka di Musyda sini diadakan Musypimda,” katanya.
Dia menjelaskan, tujuan semarak Musyda untuk syiar. Memperkenalkan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Trenggalek.
”Jadi Muhammadiyah Trenggalek bisa berbaur di masyarakat, juga bisa menjadikan tontonan dan tuntunan bagi masyarakat sehingga acara ini ramah dengan masyarakat sekitar,” jelas Mujiarto.
Pentas seni yang diisi kreativitas siswa sekolah Muhammadiyah bisa promosi kepada masyarakat. Bazar untuk menunjukkan kegiatan Muhamamdiyah bukan hanya pengajian.
Sinergi Ortom
Mujiarto menjelaskan, di tahun ini kegiatan Musyda melibatkan semua organisasi otonom Muhammadiyah Trenggalek.
Pada periode ini memang harapannya bisa bangkit kepemimpinannya dari pada periode Musyda ke-10 yang lalu. Semua organisasi otonom dilibatkan dalam Musyda supaya ikut memiliki Persyarikatan Muhammadiyah.
“Acara ini menyadarkan mereka bagian generasi penerus pimpinan Muhammadiyah. Ketika tampuk pimpinan ini diserahkan, mereka sudah siap,” tandasnya.
Penulis Candra Dwi Aprida Editor Sugeng Purwanto