Keseruan Peserta Diksuspala Majelis Dikdasmen PWM Jatim Mengikuti Game, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Zaki Abdul Wahid
PWMU.CO – 120 Calon Kepala Sekolah mengikuti acara Pendidikan Khusus Calon Kepala Sekolah dan Kepala sekolah (Diksuspala) Special Edition 2023 Batch I diselenggarakan Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur (PWM Jatim) di Trawas Mojokerto pada 19-23 Mei2023.
Sejak hari pertama 120 guru dibagi menjadi 4 kelompok, terdiri dari SD atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) di hall Minak Jinggo, SMP/MTs di hall Damar Wulan dan SMA atau SMK di Hall utama Kencono Wungu.
Di hari kedua, Sabtu (20/5/2023) dalam pemahaman mindset penyusunan visi dan misi sebuah lembaga, PWMU.CO berkesempatan bergabung di kelompok SD dan MI dengan fasilitator Ghozali Rusyid Affandi SPsi MM dan Diah Indah Nurtanti yang memulai kegiatannya dengan mengajak ke tempat yang teduh sisi selatan kolam renang, bagian tengah hotel.
30 peserta dari SD/MI dibagikan menjadi 4 kelompok oleh fasilitator dan panitia setiap kelompok diberikan tas belanja yang berisi lembaran koran, toples dari pelastik, pasir, kerikil putih, bola tenis meja, dan bola plastic yang lebih besar.
Ghozali sapaan fasilitator jenjang SD/MI meminta kepada peserta untuk meletakkan semua benda mulai dari pasir, kerikil putih, bola tenis meja, dan bola plastik ke dalam toples dari pelastik.
“Sedangkan koran dijadikan alas, yang tidak perlu dimasukkan ke dalam toples adalah koran dan tas belanja,” ujarnya.
Semua peserta berkumpul di setiap kelompoknya saling berdiskusi mana duluan yang dapat dimasukkan apakah pasir dan seterusnya, kerikil dulu ataupun bola. Game strategi management ini sering muncul di pelatihan-pelatihan management tapi tidak semua kelompok dapat menginterprestasikan di balik kegiatan tersebut.
Setiap kelompok dari 4 kelompok yang beranggotakan guru SD, Kepala sekolah maupun Wakil Kepala Sekolah berhasil memasukkan semuanya dalam satu toples. Ada yang mendahulukan krikil, bola pimpong, kemudian yang lainnya ada yang dengan strategi yang berbeda. Namun semua kelompok berhasil menyelesaikan misinya.
Kemudian Ghozali menerangkan kadang di suatu lembaga (ibarat toples plastik) itu menyelesaikan masalahnya dengan skala prioritasnya masing-masing.
“Kadang skala prioritas itu penting banget. Artinya skala prioritas ada yang penting mendesak (bola besar), penting tidak mendesak (bola pimpong), tidak penting tapi mendesak (krikil), ada yang tidak penting dan tidak mendesak (Pasir),” tuturnya memulai menginterprestasikan makna dari kegiatan tersebut.
“Maka anda sebagai calon kepala sekolah harus pandai memilah itu kalau tidak bubar itu,” sambung Ghazali. “Diperparah lagi kalau visi dan misi antar teman tidak sama.”
Ghozali mencontohkan ketika ada benturan permasalahan seperti saat mengajar, namun di tengah kita mengajar ternyata ada walimurid yang ingin complain maka mana yang kita dahulukan?
“Kita harus berpikir cepat, maka dahulukan keluhan walimurid dan meminta rekan kerja untuk menggantikan kita mengajar,” katanya.
Toples Plastik
Diah Nurtanti menyampaikan makna dari kegiatan tersebut, toples plastik itu ibarat diri kita sendiri yang terbatas umur, maka hal yang besar semisal urusan akhirat dimasukkan lebih dulu, sedangkan pasir adalah kesenangan sesaat.
“Hal fundamental adalah akhlak, itu esensi besar maka dimasukkan lebih dulu, hal besar segera dimasukkan akhirat kan gitu ya, berapa banyak orang umurnya sudah 60-an tapi masih mengejar kesenangan maka keteteran semaunya di ujungnya,” tuturnya.
Diah pun mengibaratkan seorang kepala sekolah yang melabeli pembangunan dan pengembangan sekolah adalah bola besar (esensi besar) lupa dengan misal kesejahtraan guru maka sudah tidak waktu lagi untuk memikirkan yang lainnya.
Dari kegiatan tersebut 30 guru dari SD/MI diminta untuk membuat evaluasi dengan menerapkannya dalam penyusunan Visi dan Misi sekolah dengan memikirnkan mana yang esensi dalam pengembangan sekolah. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.