Ada Nyonya Menor di Gelar Karya Drama Siswa Spemdalas, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Ichwan Arif
PWMU.CO – Jam dinding menunjukkan pukul 08.45. Studio SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik Jawa Timur yang berukuran 8 x 9 meter mulai ramai. Siswa kelas VIII C sedang memulai persiapan gelar karya drama, proyek pembelajaran bahasa Indonesia, Rabu (24/5/2023).
Mereka melakukan persiapan, mulai dari menata alat musik yang akan digunakan mengiringi pementasan drama, persiapan properti, dan menata kostum yang dikenakan.
Dengan latar kain hitam sebagai latar panggung dan lampu yang ada di atas langit-langit, mereka melakukan persiapan awal. Ada yang melakukan gladi bersih dulu di tiap adegan, ada juga menana posisi, dan juga belajar masuk keluarnya tokoh pada tiap adegan.
Pada kesempatan ini, ada 2 gelar karya pementasan drama dengan judul Nyonya Menor dan Pergaulan Bebas. Penulis skenario Nyonya Menor Muhammad Aryadhani Rimawan mengaku butuh persiapan hampir 1 bulan untuk menyiapkan diri timnya dalam gelar karya ini.
“Kami latihan saat pembelajaran efektif di kelas dan juga ketika jam pulang sekolah,” katanya, Rabu (24/5/2023).
Dia menuturkan, selain di dua kesempatan tersebut, latihan drama juga dilakukan ketika hari libur sekolah. “Bisa di rumah teman secara bergantian,” kata sutradara drama Nyonya Menor ini.
Kami, lanjutnya, membutuhkan waktu latihan karena sebagian besar teman-teman bermain drama ini sebagai pengalaman pertama, belum pernah berakting di drama. Tetapi, tekannya, alhamdulilah, teman-teman bisa menjalankan peran dengan baik.
“Meskipun ada yang sedikit dipaksa menjadi penjual jamu yang sedikit endel, melenggak-lenggok di panggung sambil bernyanyi ketika menawarkan jamunya. Bahkan ada yang saya paksa menjadi tokoh yang semibisu. Dia tidak bisa berbicara dengan jelas, agak bingseng gitu,” ceritanya.
Dengan ‘paksaan’ ini, syukur Alhamdulillah teman-teman bisa menjiwai karakter dengan baik. Pementasan drama kelompok kami, sambungnya, sangat memuaskan.
“Mereka mampu membawa ruh dan antimeanstream pementasan drama kelompok ini,” ungkapnya.
Penjual Jamu
Pemeran Menor Adinda Putri Nurisma mengaku harus melakukan adaptasi peran penjual jamu yang diberikan sutradara drama Muhammad Aryadhani Rimawan. Dihubungi setelah pementasan, dia menyampaikan, biasanya dalam bermain drama menjadi tokoh ibu.
“Ketika harus menjadi tukang jamu dan bernyanyi ketika menawarkan dagangannya, saya harus mencoba dengan baik. Meskipun di beberapa kali latihan, sering diinstrupsi oleh sutradara gaya penjiwaan kurang pas, ya saya takukan perbaikan,” katanya.
Upaya ini, lanjutnya, supaya peran yang dijiwai benar-benar berhasil membawa penonton puas dengan pengarakteran tokoh ini.
“Apalagi, tokoh Menor ini hadir di awal adegan, maka harus bagus sehingga teman-teman yang lain bisa terbawa suasana yang bagus juga.
Hal senada juga disampaikan Aina Calista Hadyan Pratiwi. Memerankan tokoh Mbok Jum yang memiliki karakter berbeda, harus benar-benar belajar di setiap latihan.
“Ketika disuruh membawakan karakter semi bisu dengan logat bicaranya agak bingseng (bicaranya nggak jelas), ya harus diterima,” ucapnya setelah pementasan.
Kata sutradara, lanjutnya, karakter itu harus berbeda dan keunikan. Dengan ajakan ini, penjiwaan karakter yang diberikan harus diperan dengan baik. “Ya harus belajar, selain acting juga logat bicaranya juga,” ungkapnya.
Aina mengaku ada perasaan plong karena peran yang dia perankan dan pementasan timnya secara keseluruhan tampil bagus.
Dalam gelar karya drama ini, ada 8 naskah drama yang dipentaskan. Selain Nyonya Menor dan Pergaulan Bebas, ada juga Keharmonisan Menjadi Kematian, Petaka Kembar, Luntung Azkarung, Cindernellong, Musuh Jadi Sahabat, dan Sengasara? Tidak Selamanya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.