Bolehkah Membaca Surat secara Tidak Utuh dalam Shalat; Format Baru Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama oleh Dr Zainuddin MZ Lc MA; Ketua Lajnah Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jatim dan Direktur Turats Nabawi, Pusat Studi Hadits.
PWMU.CO – Tanya: bacaan surat dalam shalat tidak utuh, seperti membaca alif lam mim tetapi tidak selesai satu surat. Bolehkah kita membaca surat yang hanya sepotong itu dalam shalat?
Jawab: boleh, karena Nabi SAW juga pernah dalam shalat Fajar (sunah Fajar) membaca surat sesudah al-Fatihah, satu ayat saja.
Hadits Ibnu Abbas
وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ أَكْثَرُ مَا يُصَلِّي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّكْعَتَيْنِ اللَّتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ: {قُولُوا آَمَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ} وَالْأُخْرَى: {فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللهِ آَمَنَّا بِاللهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ}) وَفِي رِوَايَةٍ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ: {قُولُوا آَمَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا}, وَالَّتِي فِي آلِ عِمْرَانَ: {قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ}
Ibnu Abbas ra. berkata: Kebanyakan bacaan Nabi pada dua rakaat sebelum Fajar adalah ayat: Katakanlah (wahai orang-orang mukmin): Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’kub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya (al-Baqarah: 136); dan ayat: Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (bani lsrail) berkatalah dia: Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah? Para hawariyun (sahabat-sahabat setia) menjawab: Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri (Ali Imran: 52).
Dalam riwayat lain: Pada shalat dua rakaat Fajar, Rasulullah saw. membaca ayat: Katakanlah (wahai orang-orang mukmin): Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami (al-Baqarah: 136); dan ayat: Katakanlah: Wahai ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah) (Ali Imran: 64). (HR Muslim: 727; Abu Dawud: 1259; Nasai: 944; Ahmad: 2045)
Catatan
Tampaknya yang ditanyakan bukan membaca satu ayat untuk satu rakaat, melainkan membaca beberapa ayat saja dari suatu surat. Yakni sepotong dari suatu surat al-Qur’an dan tidak dibaca secara utuh.
Jika sedemikian yang ditanyakan, maka jawabannya juga sama, yakni diperbolehkan. Sungguh sangat mudah apa yang pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Sedemikianlah karakteristik ajaran Islam. Allah SWT selalu menghendaki yang mudah bagi para hamba-Nya, dan Dia tidak ingin mempersulit bagi hamba-Nya.
Ditemukan hadits-hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah saw. pernah mencontohkan membaca satu surat yang dipilah-pilah untuk pelaksanaan dua rakaat.
Hadits Zaid bin Tsabit
عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي الْمَغْرِبِ بِسُورَةِ الْأَعْرَافِ فِي الرَّكْعَتَيْنِ كِلْتَيْهِمَا.
Zaid bin Tsabit ra. berkata: Sewaktu shalat Maghrib, Nabi saw. membaca surat al-A’raf untuk dua rakaat. (HRHakim: 866; Ibnu Khuzaimah: 517)
Hadits Abu Ayub Atau Zaid bin Tsabit
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ، أَوْ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ فِي الْمَغْرِبِ بِالْأَعْرَافِ فِي الرَّكْعَتَيْنِ
Abu Ayub atau Zaid bin Tsabit ra. berkata: Sewaktu shalat Maghrib, Nabi saw. membaca surat al-A’raf untuk dua rakaat. (HR Ahmad: 23544)
Itulah sebabnya pada surat yang sangat panjang boleh dipilah-pilah menjadi sekian banyak rakaat, yang lazimnya untuk satu rakaat ditandai dengan huruf ‘ain’, sebagai tanda satu rakaat. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni