PWMU.CO – KH Mustofa Bisri, yang akrab dipanggil Gus Mus, menyampaikan, sosok Buya Syafii memiliki sikap yang tidak banyak dimiliki oleh tokoh lain.
“Orang mau bersikap sederhana itu mudah. Bersikap jujur itu mudah. Mempunyai tekat perjuangan untuk agama dan bangsa itu mudah. Yang sulit adalah terus bersikap seperti itu. Sikap seperti inilah yang ada pada diri Buya Syafii. Buya adalah orang yang istiKamah di jalan itu,” ungkapnya.
Gus Mus menyampaikan pandangannya itu dalam Wirid Kebangsaan yang diadakan Maarif Institute untuk mengeneang setahu Buya Syafii, di Kiniko Art Room, Kalipakis, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, YogyakartaSabtu (27/5/2023). Acara ini bekerja sama dengan Sarang Buiding dan Anak Panah.
Buya Syafii menurut Gus Mus juga merupakan pribadi yang tidak pernah punya rasa takut akan berbagi hal, baik itu rasa takut akan kesedihan, hingga hinaan.
“Karena apa? Karena beliau adalah wali Allah, kekasih Allah”, terang Gus Mus.
Gus Mus berharap akan lahir tokoh-tokoh umat yang mempunyai pribadi layaknya pribadi Buya Syafii. Meskipun tidak sama sepenuhnya, karena bagi Gus Mus pribadi Buya Syafii hanya ada satu dan itu merupakan karunia besar dari Allah SWT untuk bangsa Indonesia.
Budayawan kondang, Butet Kertarajasa dalam orasi budayanya melukiskan sosok Buya Syafii sebagai pemikir bangsa dan cendekiawan bersahaja. Menurutnya, nyala api perjuangan Buya Syafii perlu diteruskan oleh anak-anak Indonesia.
Buya Syafii, lanjutnya, selama hidupnya memiliki kepedulian yang luar biasa, terhadap masa depan negara-bangsa ini. Cita-citanya tentang Islam berkemajuan, kemanusiaan, kebudayaan tak pernah padam hingga menjelang tutup usia.
Acara Wirid Kebangsaan ini, juga menyajikan pameran foto-foto dan koleksi barang Buya Syafii (memorabilia), yang menyiratkan jejak langkah dan titik kisar perjalanan Buya Syafii dari Sumpur Kudus, sebuah kampung di Minangkabau yang menyimpan peristiwa-peristiwa penting sejarah bangsa, sampai menjadi tokoh nasional yang dikenal dunia.
Di samping pameran foto-foto dan barang-barang koleksi milik Buya, juga memamerkan sejumlah lukisan karya para budayawan, seperti Jumaldi Alfi dan Bambang Herras.
Selain orasi kebudayaan, pameran foto dan lukisan, Maarif Institute juga meluncurkan dua buku obituari Buya Syafii, berjudul, Nyala Abadi Suluh Bangsa (Kompas, Mei 2023) dan Guru Bangsa Penembus Batas (IBtimes, Mei 2023). Penerbitan dua buku ini merupakan wujud usaha keras untuk merekam riwayat intelektualisme Buya Syafii melalui kacamata orang lain.
Direktur Eksekutif Ma’arif institute Abd. Rohim Ghazali mengatakan acara yang dihadiri tidak kurang dari 100 orang peserta ini diharapkan bisa menjadi energi baru dalam upaya mensosialisasikan gagasan dan cita-cita sosial Buya Syafii, baik di ranah keislaman, kebangsaan yang mengusung nilai-nilai keterbukaan, kesetaraan dan kebhinnekaan yang dapat diwariskan kepada anak-anak bangsawawasan tentang kebangsaan, kebhinekaan, dan dapat mendorong hubungan sosial yang harmonis dan bebas diskriminatif. (*)
Penulis Pipit AF Editor Mohammad Nurfatoni