PWMU.CO – Kampung Media Suara Surabaya yang berada di Jalan Wonokitri Besar No. 40 C, Pakis, Sawahan, Kota Surabaya, gaduh oleh puluhan anak yang memadati halaman kantor. Teriakan “Singa” beberapa kali bergema ketika salah seorang panitia bertanya pada mereka, “Siapa kalian?”.
Begitulah situasi ketika 45 peserta Darul Arqam Panti Asuhan Muhammadiyah se-Kota Surabaya mengunjungi kantor kelompok media yang memiliki jaringan Suara Surabaya FM 100, Suara Surabaya.net, She Radio, dan M.COMM (Surabaya City Guide), Sabtu (6/5). Singa adalah doktrin panti asuhan Muhammadiyah Surabaya yang berarti tidak takut berjalan di atas kebenaran meski sendirian.
(Baca: Dari Anak Yatim Akan Lahir Pemimpin Berpengaruh)
“Pagi ini kami mengunjungi Kampung Media Suara Surabaya dalam rangka membekali peserta Darul Arqam mengenai media agar mereka memiliki pemahaman bagaimana media massa, khusus radio,” kata Ferry Yudi AS, Ketua Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya yang ikut mendampingi para santri.
“Suara Surabaya berdiri sejak 11 Juni 1983, persis bersamaan dengan gerhana matahari total (GMT),” kata Ayub dari bagian marketing dan promosi Suara Surabaya Media. Menurut Ayub, radio yang ber-tagline “News: Interaktif dan Solutif” itu memiliki mekanisme tersendiri untuk menghindari berita hoax alias palsu.
“Kami punya gate keeper atau penjaga gawang yang bertugas menjadi filter dan menyaring info dari para pendengar sebelum on air. Agar tidak ada berita hoax,” ujar Ayub. Jika ada berita kebakaran atau kecelakaan misalnya, kata dia, maka fungsi gate keeper adalah sebagai pihak yang melakukan tabayyun atau check and recheck.
Ayub menerangkan, Suara Surabaya saat memiliki ‘wartawan’ sebanyak 1.364.295 orang. “Mereka adalah citizen journalisme yang tercatat sampai Maret 2017. Dan ini akan tumbuh terus,” ujarnya.
(Baca juga: Berbekal ATM, Panti Asuhan Terapkan Sistem Pelaporan Keuangan Online)
Menurutnya, di era digital ini mau tidak mau Suara Surabaya harus berkonvergensi dengan media sosial agar bisa survive dalam mendapatkan dan menarik perhatian non listener (pendengar). “Saat ini Suara Surabaya memiliki Facebook, Twitter dan lain-lain,” terang Ayub.
Di akhir pertemuan, Ayub berpesan kepada peserta agar bisa memanfaatkan media sosial untuk kebaikan masyarakat. “Harus bijak dan bisa membatasi diri agar tidak jadi kecanduan.” (MN)