Guru taman kanak-kanak adalah yang paling mulia; Liputan Alfi Faridian, kontributor PWMU.CO dari Kabupaten Sidoarjo.
PWMU.CO – Seminar dalam rangka Milad Ke-106 Aisyiyah dengan judul “Kepemimpinan Perempuan untuk Mencerahkan Peradaban Bangsa” digelar oleh Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Sidoarjo. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Auditorium KH. Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) mengundang Dr Siti Aisyah MAg, ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah.
Dengan wajah sumringah, srikandi Aisyiyah tersebut datang sendiri dari Yogyakarta, tak lain tak bukan menyemangati ibu-ibu Aisyiyah pada umumnya, serta pengurus Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Sidoarjo pada khususnya.
Guru TK adalah Paling Mulia
Mengawali penyampaian materinya, ibu yang tetap energik ini bercerita tentang masa kecilnya, saat bersekolah di TK Aisyiyah. Ketika perjalanan menuju sekolah beliau menemukan sebuah jambu, lalu dipungutnya. Sesampai di sekolah, karena ingin mendapat pujian dari sang guru, maka diberikannlah buah jambu tersebut.
Apa yang dilakukan sang guru, sangat di luar dugaan Aisyah kecil. Sang guru tidak berkenan dengan sikap Aisyah kecil yang mengambil jambu tanpa seizin pemiliknya. Dari peristiwa tersebut, sang guru telah mengajarkan adab yang mulia pada murid, dan dikenang sepanjang masa.
“Guru Taman Kanak-kanak adalah guru yang paling mulia,” ujar perempuan yang juga sebagai koordinator majelis tabligh dan tarjih. Kenapa dikatakan paling mulia, karena jika bertemu dengan murid-murid, disambut dengan hangat, berbeda dengan mahasiswa yang bertemu dosennya. Mereka hanya duduk-duduk dan menganggukkan kepala.
Pesan yang disampaikan oleh Ibu Aisyah sehubungan dengan kepemimpinan Aisyiyah sangat berperan dalam membangun peradaban masyarakat Indonesia. Jika kita refleksi sudah 106 tahun keberadaan Aisyiyah turut berperan dalam pendidikan.
Tidak Etis Menolak Amanah dan Mengejar Jabatan
Di antaranya, kekuatan ideologi gerakan Islam yang berkemajuan, ruh tajdid, ruh jihad, dan rahmatan lil alamin. Selain itu juga kepemimpinan tranformatif, Keihklasan, komitmen, himmah perjuangan kader, kesetiaan dan bangga beraisyiyah, serta kepercayaan pemerintah yang semakin luas. Semua itu dilakukan untuk kemajuan peradaban bangsa.
Para jamaah, makin menikmati ketika ibu Aisyah menjelaskan tentang karakter kepemimpinan di organisasi perempuan ini. Kepemimpinan adalah amanah, bukan diminta. Oleh karena itu harus memperhatikan beberapa hal, 1) Misi khalifah yang tertuang pada (al-Baqarah: 30; 2) Etika tauhid dan etika amanah yang tertuang pada as-(Shad: 26; 3) Perjanjian para nabi dengan Allah, pada al-Ahzab:7; 4) Spiritualitas, al-qawwiyu, al-minu, (al-Qashas: 26).
Hal yang juga harus diperhatikan, amanah kepemimpinan Aisyiyah merupakan amanah muktamar, amanah musyawarah wilayah, amanah musyawarah daerah, dan amanah ranting. Maka tidak etis menolak amanah, dan tidak etis jika kita mengejar jabatan. Sesungguhnya Kepemimpinan itu adalah bukan jabatan yang dikejar, atau diperebutkan, apalagi kekuasaan atau pencitraan. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.