Buku Aisyiyah Tanggul dalam Goresan Pena, Ini Kisah Menerobos Kesulitannya, ditulis oleh Humaiyah kontributor PWMU.CO Jember sekaligus penulis buku ini.
PWMU.CO – Saat Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan Aisyiyah (PCA) Tanggul Kabupaten Jember dilantik untuk kepemimpinan 2015-2020 pada Mei 2016, ada keinginan menuliskan setiap perjalanan Aisyiyah Tanggul dalam bentuk tulisan.
Bak gayung bersambut, seorang teman aktivis Pemuda Muhammadiyah Tanggul, Siswanto, memberikan nomor kontak admin PWMU.CO. Sambil berkata, “Mbak, kalau ingin menulis Aisyiyah Tanggul, bisa kirim ke nomor tersebut. Gampang kok, cukup dikirim via pesan WhatsApp,” ujar Siswanto sambil memberikan semangat.
Dengan semangat 45, akupun mengirim tulisan pertama kali dan dimuat pada Rabu (3/8/2016) dengan judul Lulusan Ramadhan Bergelar ST MM. Ada bahagia tak terkira. Setelah itu, aku rajin menulis setiap kegiatan Aisyiyah dan mengirimkannya kepada PWMU. Meski kadang menulis secara ‘berkala’. Kala-kala sempat atau kala-kala tidak malas.
Sebagai bentuk apresiasiku kepada Aisyiyah, aku ingin semua tulisan yang sudah dimuat di majalah online seperti PWMU.CO dan Suara Aisyiyah diabadikan dalam bentuk buku.
Dan alhamdulillah, dengan seizin Allah, buku berjudul Aisyiyah Tanggul dalam Goresan Pena bisa dilauncing saat Musyawarah Cabang (Musycab) Ke-11 Aisyiyah Tanggul pada Ahad (21/5/2023).
Ada cerita menarik saat pengerjaan buku ini. Aku tenang-tenang saja ketika ingin membukukan semua tulisan di PWMU.CO. Semua tulisan sudah aku upload di Facebook Aisyiyah Tanggul. Tinggal cari, buka link, copy dan paste.
Panik Berita Terkunci
Nernyata tak semudah itu. Begitu aku buka link, ada tulisan link ini sudah dikunci. Berkali-kali aku coba, tetap tidak bisa dibuka. Paniklah aku. Bagaimana ini? Padahal launching buku ada di agenda musycab.
Akupun menghubungi Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni via WA dan menjelaskan kesulitan tadi. Alhamdulillah dibalas dengan cepat. Fathoni, sapaan akrabnya, mengirim tutorial cara membuka link yang terkunci.
Namun kebingungan tak sampai di sini. Berkali-kali melihat tutorial, aku tak kunjung paham. Maklumlah setelah pecah pembuluh darah di otak, kerja otak tak secepat sebelum sakit. Untuk hal-hal yang baru, aku harus memahami berkali-kali. Termasuk membuka link yang terkunci tadi.
Jangankan untuk buka link yang terkunci. Setelah mengetik pun aku bingung menyimpannya di mana. Aku juga bingung bagaimana cara memindahkan file ke handphone melalui kabel data dan lain-lain.
Meski begitu semangat itu tak pernah padam. Menyerah? Tentu tidak. Selain melihat tutorial dari Pemred, aku juga mencari tutorial di YouTube. Mencari cara yang termudah yang bisa aku pahami.
Allah seperti pemikiran hamba-Nya. Jika kita berpikir bisa, Allah akan memberikan kemampuan. Juga sebaliknya. Salah satu nikmat Allah yang sangat aku syukuri adalah bisa menulis lagi meski mengetiknya tak secepat dulu. (*)
Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.