Guru Besar Unej Terpilih Jadi Ketua PCM Sumbersari, liputan kontributor PWMU.CO Jember Muhammad Fajar Al Amin.
PWMU.CO – Guru Besar Universitas Jember (Unej) Prof Dr Hairus Salikin MEd terpilih menjadi Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sumbersari 2022-2027 dalam Musyawarah Cabang (Musycab) Ke-5 Muhammadiyah Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember, Jawa Timur, Ahad (28/5/2023).
Ketua Panitia Pemilihan (Panlih) Musycab Ke-5 Muhammadiyah Sumbersari Dr Dhian Wahana Putra MPd menyampaikan, pemilihan anggota PCM Sumbersari secara evoting telah terlaksana. Terpilih 9 nama anggota dan langsung melaksanakan rapat formatur.
“Bismillahirrahmanirrahim. Pada hari ini Ahad (28/5/2023) berdasarkan rapat formatur, menetapkan terpilih Ketua PCM Sumbersari periode 2022-2027 Prof Dr Hairus Salikin MEd,” ungkapnya.
Adapun 9 anggota PCM Sumbersari yang terpilih dalam Musycab Ke-5 yang digelar di Auditorium SD Muhammadiyah 1 (Mudisa) Jember adalah:
- Prof Dr Hairus Salikin MEd (25 suara)
- Dr Rusydi Baya’qub MPdI (21 suara)
- Suwito SPsi (20 suara)
- Dr Drs Arief Rijadi MSi MPd (18 suara)
- Dr Dhian Wahana Putra MPdI (18 suara)
- Heri Kuswantoro SKep Ners (18 suara)
- Drs Akhmad Suharto MP (17 suara)
- Dr Toni Herlambang MM (16 suara)
- Dr Ahmad Jazuly MPd (15 suara)
Prof Hairus Salikin langsung menyampaikan sambutan pertamanya usai diumumkan oleh ketua panlih. Dia membuka sambutannya dengan mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.
“Karena usia sudah 60 tahun kurang 2, jadi saya sebenarnya tak ingin dipilih. Tapi Allah ternyata menakdirkan lain, dan akhirnya terpilihlah saat ini,” ujarnya.
“Dan dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan beberapa hal. Pertama,
الحق بلا نظام يغلبه الباطل بالنظام
Sesuatu yang hak tetapi tak terorganisir dengan baik akan dihancurkan dengan kebatilan yang terorganisir,” pesannya.
Muhammadiyah ibarat Sebuah Bangunan
Kita ini, lanjutnya, kumpulan orang-orang yang ingin mengurus sesuatu yang hak. Tetapi jika tak terorganisir dengan baik maka akan dihancurkan dengan kebatilan yang terorganisir.
“Sebenarnya alasan saya tidak bisa adalah karena istri saya tidak seaktif dahulu dalam organisasi Aisyiyah. Ini karena istri saya sedang diuji oleh Allah terkena gangguan penglihatan akibat glukoma,” jelasnya.
Tetapi kata kawan-kawan, sambungnya, yang tidak aktif itu istrinya. “Kalau saya harus tetap aktif. Dan hal itu diperkuat oleh Ketua PDM periode yang lalu Pak Kusno , bahwa kata beliau juga pernah seperti itu, jadi tidak usah khawatir,” ungkapnya.
“Dan karena itulah saya tidak bisa menolak atas amanah ini. Tetapi saya tetap yakin bahwa ini adalah inna lillahi wa inna ilaihi raajiun,” tutur Guru Besar Linguistik Terapan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember itu.
Menurutnya, kita ini seperti sebuah bangunan. Ada yang harus menjadi jendela, ada yang harus menjadi pintu, ada yang harus menjadi atap, dan ada yang harus menjadi lantai.
“Nah, menjadi apapun kita di Muhammadiyah ini, kita urus dengan baik. Karena kita harus hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah,” ajaknya. (*)
Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.