Bonek Muda Muhammadiyah: Berdakwah di Kalangan Supporter Persebaya; Oleh Alfian Hidayatullah, Penegurus Bonek Muda Muhammadiyah (BMM)
PWMU.CO – Sebagai gerakan Islam dan amar makruf nahi mungkar, sudah saatnya Muhammadiyah melebarkan sayap dakwahnya. Salah satu yang perlu disasar adalah para pecinta atau supporter sepakbola.
Bagi rata-rata orang tua, jika mendengar kata supporter sepakbola masih banyak yang menilai negatif. Penilaian itu bukan tanpa alasan. Dari sudut pandang sejarah sepakbola Indonesia, salah satu faktor penyebab terjadinya kerusuhan dan anarkisme adalah sebagian kelompok oknum supporter. Fanatisme yang berlebih dan tidak terarah membuat mereka melakukan hal yang merugikan, baik kepada dirinya, orang lain, maupun klub yang dicintainya.
Namun pandangan negatif ini mulai berkurang saat ini. Para supporter sekarang lebih terkoordinasi atau tertata dengan terbentuknya komunitas-komunitas di masing-masing tribun. Misalnya Bonek Muda Muhammadiyah (BMM) yang lahir di Kota Surabaya.
BMM lahir dari keinginan para kader Muhammadiyah Surabaya yang mencintai klub sepakbola Surabaya yaitu Persebaya, yang mempunyai supporter bernama Bonek Mania. Uniknya supporter Pesebaya ini bukan hanya ada di Surabaya namun di berbagai kota dan kabupaten se-Indonesia. Bahkan ada juga di luar negeri.
BMM lahir bukan hanya untuk euforia atau meramaikan dunia komunitas supporter. Namun kehadirannya ingin mambawa spirit kebermanfaatan dan perubahan untuk supporter agar menjadi lebih baik lagi.
BMM yang saat ini menempati Tribun Utara (Green Nord) Gelora Bung Tomo, mencoba untuk melakukan dakwah ke kalangan supporter. Tentu nilai dakwah yang dijunjung harus mencerahkan dan menggembirakan. Bagaimana caranya kita mengemas dakwah itu harus dengan cara dan strategi yang membahagiakan. Bukan hanya dengan menakut-nakuti. Seolah-olah agama itu menakutkan dan menyeramkan. Sehingga muncul persepsi jangan bawa-bawa agama dalam sepakbola dan supporter.
Gaya Dakwah BMM
Sebagian angkatan muda Muhammadiyah (AMM) Surabaya yang tergabung dalam BMM mencoba untuk melakukan dakwah kultural yaitu dakwah yang langsung bersentuhan dengan kelompok Bonek Mania.
Sudah waktunya Muhammadiyah melebarkan sayap dakwahnya. Bukan hanya di masjid yang sudah tentu di dalamnya adalah orang-orang baik, namun kita harus terjun langsung di masyarakat, untuk menangkap apa yang dibutuhkan oleh mereka. Sehingga ke depan Muhammadiyah dapat dirasakan kehadirannya oleh masyarakat khususnya mereka yang membutuhkan sentuhan dakwah.
Saat ini BMM mempunyai 200-an anggota atau volunter. Bukan hanya di Surabaya namun di beberapa kota dan kabupaten seperti Jombang, Sidoarjo, Tuban, dan beberapa daerah yang lain. Di antara kegiatan yang telah dilakukan adalah kopi darat (kopdar) setiap sebelum match alias pertandingan sepakbola.
Di sela kopdar pengurus BMM melakukan sharing seputar Islam dan Muhammadiyah. Ini untuk mengenalkan Muhammadiyah kepada mereka yang baru tahu Muhammadiyah melalui komunitas BMM. Ada pula kegiatan baksos dan bagi takjil yang menjadi kegiatan rutin di bulan Ramadhan.
Dan yang manarik sebelum masu stadioan menyaksikan pertandingan, teman-teman BMM berkumpul dan berkoordinasi di masjid sekitar stadion untuk melakukan shalat berjamaah dan bersama-sama berangkat menuju pintu masuk stadion dan kegiatan-kegiatan yang lain.
Muhammadiyah adalah organisasi besar. Maka seharusnya yang menjadi fokus dakwahnya bukan hanya kepada amal usaha seperti sekolah, masjid, panti asuhan dan kampus. Namun harus memperhatikan kondisi masyarakat yang lebih luas. Sebab tantangan dakwah ke depan semakin banyak.
Adanya majelis, lembaga,dan organisasi otonom di Muhammadiyah dibentuk bukan hanya sebagai formalitas keberadaannya. Namun bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sehingga bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Tentunya dengan cara yang menarik dan bisa di terima oleh masyarakat. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni