PWMU.CO – Maarif Institute meluncurkan buku Katalisator Perekat Kebinekaan Membangun Generasi Inklusif. Buku yang ditulis oleh Abdul Mu’ti (Sekretaris Umum PP Muhammadiyah), Musdah Mulia (aktivis perempuan), Alissa Wahid (Jaringan Gusdurian), dan kolega Maarif Institute lainnya ini berkisah tentang perjalanan lembaga dalam mengawal pikiran-pikiran Buya Syafii tentang keindonesiaan, keagamaan, dan kemanusiaan,yang menampilkan karakter bangsa yang moderat.
Acara yang digelar Rabu (31/5/2023) di Aula Ahmad Dahlan, Lt. 1 Gedung Dakwah Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya No. 62 Jakarta Pusat ini, dihadiri oleh sejumlah narasumber, antara lain: Musdah Mulia (Penulis Buku Ensiklopedia Muslimah Reformis), Jack Manuputty (Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja), M. Wahyuni Nafis (NCMS), dan Desvian Bandarsyah.(UHAMKA). Acara ini dipandu oleh Moh. Shofan (Direktur Program Maarif Institute).
Suyoto dari Yayasan Ahmad Syafii Maarif menyampaikan rasa syukur yang mendalam kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena di usia dua dekade ini, Maarif Institute telah berkomitmen untuk menyebarluaskan gagasan-gagasan Buya Syafii. Hal ini, menurutnya, tentu tidak mudah di tengah tantangan dan dinamika berbagai ragam persoalan yang berkembang di tanah air.
“Selamat ulang tahun Maarif Institute, Semoga Tuhan terus memudahkan perjalanan Maarif untuk tidak berhenti berkarya serta menerangi perjalanan bangsa”, kata Suyoto.
Direktur Eksekutif Maarif institute, Abd. Rohim Ghazali mengatakan apa yang kini dikembangkan oleh Maarif Institute selama 20 tahun terakhir ini, tidak lain merupakan ikhtiar untuk merealisasikan gagasan besar Buya Syafii yang terangkum dalam konsep keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan.
“Sebagaimana layaknya sebuah organisasi, tentu masih ada kekurangan dan ketidaksempurnaan yang bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk proyeksi ke depan. Terlebih, selama perjalanan dua dekade terakhir ini dunia telah berkembang sangat cepat,” terang Rohim.
Menurutnya, salah satu pendorong perubahan adalah revolusi teknologi informasi dan telekomunikasi, di mana pada satu sisi kesempatan setiap orang dengan mudah mendapatkan informasi secara terbuka, seiring bertumbuhnya masyarakat yang lebih demokratis, toleran, dan berkeadilan
Rohim menambahkan, “Buya Syafii sudah meninggalkan kita setahun yang lalu. Kita semua menjadi pewaris, bukan hanya pemikiran-pemikiran Buya Syafii yang sangat brilian dan kritis dalam menyoroti masalah-masalah bangsa, tetapi juga mewarisi keteladanan dan kesederhanaan. Kita bukan sekedar mengenang tapi juga bagaimana bisa melanjutkan pemikiran Buya Syafii.” (*)
Penulis Deni Murdiani Editor Mohammad Nurfatoni