PWMU.CO – Saya tidak melihat Muslim di sini (Perancis, Barat) tapi merasakan (nilai-nilai) Islam, sebalikanya di sini (Mesir) saya melihat begitu banyak Muslim, tapi hampir tak melihat Islam.
Pernyataan tokoh pembaharu dari Mesir Muhammad Abduh yang terkenal itu kembali mengemuka dalam Pengajian Ahad Pagi yang diselenggarakan Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Gresik.
(Baca: Luar Biasa! Pensiun Dini dari Polri untuk Fokus Dakwah di Usia Produktif dan Menemukan Makna Ihsan dalam Kehidupan Sehari-hari)
Adalah Wakil Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) PP Muhammadiyah Munawar Khalil yang menyampaikan hal itu di hadapan ratusan jamaah yang memadati Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik, Ahad (7/5) pagi.
Mengutip sebuah survey, Khalil mengatakan, dari 100 indikator praktik perbuatan islami yang bersumber dari Alquran, ditemukan bahwa 5 negara peraih peringkat tertinggi adalah negara-negara Barat, yaitu New Zealand, Luxemburg, Kanada, Jerman, dan Australia. “Dari 208 negara yang disurvei, Indonesia berada di urutan ke-140, kalah jauh dengan Malaysia yang ranking 38,” ungkapnya.
(Baca juga: Ini Pengakuan Mubaligh Muhammadiyah yang Pernah Punya Istri Muda)
Menurut Khalil, di beberapa negara Eropa, Asia Timur, dan Amerika Latin, saking jujur dan punya integritas tinggi, beranggapan bahwa mencuri menurunkan harkat dan martabat manusia. “Semua barang tidak dikunci, kebalikan dengan di Indonesia, yang semua harus dikunci.”
Khalil juga menjelaskan bahwa penghargaan terhadap sesama di negara-negara non-Muslim cukup tinggi, misalnya perlakuan khusus terhadap lansia, difabel, perempuan, dan anak-anak. “Mereka juga sangat menghargai waktu. Sementara di sini, ucapan insyaallah malah untuk ingkar janji,” ucapnya.
(Baca juga: Dibuka di Gresik, Resto Gratis Berbayar Doa)
Rendahnya praktik perilaku Islami di negara-negara (mayoritas) Muslim, menurut Khalil, karena ajaran Islam masih sebatas teori saja dan belum diamalkan. “Padahal mengimani dan mengamalkan Islam itu satu paket dan harus dikerjakan secara istiqamah,” tutur Kholil. Menurutnya, inilah pentingnya memaknai kembali keislaman kita. “Dan jangan bosan menjadi orang baik. Harus bersabar.”
Jadi, kapan Indonesia, negara dengan penduduk Muslim terbesar dunia, menjadi negara paling islami di dunia? (Abdul Rozak)