Hukum Membaca Dua Surat setelah Al-Fatihah dalam Shalat; Format Baru Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama oleh Dr Zainuddin MZ Lc MA; Ketua Lajnah Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jatim dan Direktur Turats Nabawi, Pusat Studi Hadits.
PWMU.CO – Tanya: Apakah boleh pada waktu shalat dalam satu rakaat setelah membaca surat al-Fatihah lalu membaca dua surat atau lebih?
Jawab: Mengenai boleh tidaknya membaca dua surat dalam satu rakaat, Abu Dawud menyebutkan dalam hadits Amr bi Syu’aib sebagai berikut:
وَأَمَّا قِرَاءَةُ السُّورَتَيْنِ فِي رَكْعَةٍ فَكَانَ يَفْعَلُهُ فِي النَّافِلَةِ، وَأَمَّا فِي الْفَرْضِ فَلَمْ يُحْفَظْ عَنْهُ. وَأَمَّا حَدِيثُ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: «إِنِّي لَأَعْرِفُ النَّظَائِرَ الَّتِي كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقْرِنُ بَيْنَهُنَّ السُّورَتَيْنِ فِي الرَّكْعَةِ (الرَّحْمَنَ) وَ (النَّجْمَ) فِي رَكْعَةٍ
…. Adapun membaca dua surat dalam satu rakaat, hal itu dilakukan Nabi dalam shalat sunah, adapun dalam shalat fardhu tidak dibiasakan oleh beliau.
Periksa Zad Maad, karya Ibnu Qayim al-Jauziyah: 1/208.
Mengenai hadits Ibnu Mas’ud, Sesungguhnya aku melihat hal yang sama beberapa surat nadhair (yang memiliki kemiripan tema atau makna) dua surat yang digabung oleh Nabi untuk satu rakaat. Yakni surat al-Rahman dan al-Najm untuk satu rakaat. HR Ibnu Khuzaimah: 538; Ibnu Hibban: 1813, 2607; Abu Dawud: 1396; Ahmad: 3607, 3958, 3968, 3999, 4000, 4062, 4154, 4350. 4410.
Dari keterangan di atas dapat diketahui, bahwa membaca dua surat dalam satu rakaat yang jelas-jelas dilakukan oleh Nabi adalah dalam shalat sunah.
Sementara sambil mencari dalil yang sharih (jelas dan tegas), membaca dua surat dalam satu rakaat untuk shalat fardhu tidak perlu diamalkan. Karena hadits Ibnu Mas’ud yang dipaparkan di atas menurut penilaian ulama adalah muhtamil, artinya bisa dalam shalat sunah dan bisa juga dalam shalat fardhu.
Oleh karena itu, apabila shalat dan hanya membaca satu surat dalam satu rakaat adalah sudah sesuai dengan yang Nabi lakukan, bahkan Nabi saw. ketika shalat Subuh pernah membaca satu surat yang sama dalam rakaat pertama dan kedua. Sebagaiamana hadits berikut ini:
Hadits Seorang Suku Juhainah
عَنْ رَجُلٍ مِنْ جُهَيْنَةَ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الصُّبْحِ {إِذَا زُلْزِلَتْ الْأَرْضُ} فِي الرَّكْعَتَيْنِ كِلْتَيْهِمَا, فلَا أَدْرِي أَنَسِيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْ قَرَأَ ذَلِكَ عَمْدًا
Seorang suku Juhainah berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. Sewaktu shalat Subuh membaca Idza zulzilati ardhu … pada kedua rakaatnya. Aku tidak tahu apakah Nabi saw. lupa atau melakukannya secara sengaja. HR Abu Dawud: 816; Baihaqi: 3829.
Catatan
Setahu saya, bacaan surat apapun dalam shalat sunah termasuk menggabungkan dua atau lebih tentu tidak dipermasalahkan untuk dibacanya dalam shalat fardhu. Dan sedemikian pula sebaliknya, bacaan yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam shalat fardhu juga boleh dilakukan dalam shalat sunah.
Hadits yang dijadikan hujah oleh Lajnah (yakni riwayat Ibnu Mas’ud) juga memberi sinyal bolehnya membaca dua surat dalam satu rakaat. Yakni dalam shalat fardhu atau sunah.
Bahkan saya menemukan dalil yang sharih bahwa Nabi saw. menggabung beberapa surat dalam shalatnya. Hadits inipun dapat difahami untuk shalat fardhu atau shalat sunah.
Hadits Aisyah
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ شَقِيقٍ قَالَ: قُلْتُ لِعَائِشَةَ: هَلْ كَانَ رَسُول اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَقْرِنُ بَيْنَ السُّورَتَيْنِ؟ قَالَتْ: مِنْ الْمُفَصَّلِ
Abdullah bin Syaqiq bertanya Aisyah: Apakah Nabi saw. menghimpun beberapa surat? Ia menjawab: Ya, dari surat-surat al-Mufashal. HR Hakim: 976; Abu Dawud: 1292; Ahmad: 25728; Abu Dawud Thayalisi: 1555.
Atsar Ibnu Umar
وَعَنْ نَافِعٌ قَالَ: رُبَّمَا أَمَّنَا ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا بِالسُّورَتَيْنِ وَالثَّلَاثِ فِي الْفَرِيضَةِ.
Nafi’ berkata: Kadang Ibnu Umar mengimami kami dengan dua atau tiga surat dalam shalat wajib. HR Ahmad: 46; Malik: 174; Baihaqi: 2310; Abdurrazaq: 2847.
Hadits Abu Hurairah
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَدْ سَمِعْتُكَ يَا بِلَالُ وَأَنْتَ تَقْرَأُ مِنْ هَذِهِ السُّورَةِ وَمِنْ هَذِهِ السُّورَةِ, فَقَالَ: كَلَامٌ طَيِّبٌ، يَجْمَعُ اللهُ تَعَالَى بَعْضَهُ إِلَى بَعْضٍ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّكُمْ قَدْ أَصَابَ
Dinarasikan Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda: Wahai Bilal, aku mendengarmu membaca surat ini dan itu. Bilal berkata: Bacaan yang baik, Allah menghimpun ini dan itu. Maka Nabi bersabda: Setiap kalian tepat dan benar. HR Abu Dawud: 1330; Baihaqi: 4478.
Hadits Abu Wail
وَعَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ: (غَدَوْنَا عَلَى عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَوْمًا بَعْدَ مَا صَلَّيْنَا الْغَدَاةَ, فَسَلَّمْنَا بِالْبَابِ, فَأَذِنَ لَنَا, قَالَ: فَمَكَثْنَا بِالْبَابِ هُنَيَّةً, قَالَ: فَخَرَجَتْ الْجَارِيَةُ فَقَالَتْ: أَلَا تَدْخُلُونَ؟ فَدَخَلْنَا, فَإِذَا هُوَ جَالِسٌ يُسَبِّحُ, فَقَالَ: مَا مَنَعَكُمْ أَنْ تَدْخُلُوا وَقَدْ أُذِنَ لَكُمْ؟ فَقُلْنَا: لَا, إِلَّا أَنَّا ظَنَنَّا أَنَّ بَعْضَ أَهْلِ الْبَيْتِ نَائِمٌ, قَالَ: ظَنَنْتُمْ بِآلِ ابْنِ أُمِّ عَبْدٍ غَفْلَةً؟ قَالَ: ثُمَّ أَقْبَلَ يُسَبِّحُ حَتَّى ظَنَّ أَنَّ الشَّمْسَ قَدْ طَلَعَتْ, فَقَالَ: يَا جَارِيَةُ انْظُرِي هَلْ طَلَعَتْ؟ قَالَ: فَنَظَرَتْ فَإِذَا هِيَ لَمْ تَطْلُعْ, فَأَقْبَلَ يُسَبِّحُ حَتَّى إِذَا ظَنَّ أَنَّ الشَّمْسَ قَدْ طَلَعَتْ قَالَ: يَا جَارِيَةُ انْظُرِي هَلْ طَلَعَتْ؟ فَنَظَرَتْ فَإِذَا هِيَ قَدْ طَلَعَتْ, فَقَالَ: الْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَقَالَنَا يَوْمَنَا هَذَا, وَلَمْ يُهْلِكْنَا بِذُنُوبِنَا, فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ( (يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ, كَيْفَ تَقْرَأُ هَذَا الْحَرْفَ؟ أَلِفًا تَجِدُهُ أَمْ يَاءً؟ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ أَوْ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ يَاسِنٍ, فَقَالَ عَبْدُ اللهِ: وَكُلَّ الْقُرْآنِ قَدْ) (قَرَأتَ غَيْرَ هَذَا الْحَرْفِ؟ قَالَ: نَعَمْ) (إِنِّي لَأَقْرَأُ الْمُفَصَّلَ فِي رَكْعَةٍ) (فَقَالَ عَبْدُ اللهِ: هَذًّا كَهَذِّ الشِّعْرِ, إِنَّ أَقْوَامًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ) (يَنْثُرُونَهُ نَثْرَ الدَّقَلِ, لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ) (وَلَكِنْ إِذَا وَقَعَ فِي الْقَلْبِ فَرَسَخَ فِيهِ, نَفَعَ, إِنَّ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ الرُّكُوعُ وَالسُّجُودُ) (إِنَّا لَقَدْ سَمِعْنَا الْقَرَائِنَ, وَإِنِّي لَأَحْفَظُ الْقَرَائِنَ الَّتِي كَانَ) (رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرُنُ بَيْنَهُنَّ) (اثْنَتَيْنِ فِي رَكْعَةٍ, عِشْرِينَ سُورَةً فِي عَشْرِ رَكَعَاتٍ) (ثُمَّ قَامَ فَدَخَلَ)
Abu Wail berkata: (Kami mendatangi Abdullah bin Mas’ud setelah shalat Isya’. Kami ucapkan salam, dan ia memberi izin kami. Kami berdiri di pintu sejenak. Tiba-tiba seorang wanita berkata: Kenapa tidak masuk? Lalu kami pun masuk. Ternyata dia sedang shalat sunah. Katanya, kenapa kalian tidak masuk padahal sudah diberi izin? Tidak, kami kira penghuninya sedang tidur. Apakah kalian mengira Ibnu Umi Abad lupa shalat malam?
Lalu ia meneruskan shalatnya hingga mengira fajar telah tiba. Katanya, wahai wanita, apakah fajar telah terbit? Ternyata belum terbit. Lalu ia shalat lagi sehingga mengira fajar telah terbit. Dan benar fajar telah terbit. Katanya: Segala puji bagi Allah yang masih memberi hidup kami sampai hari ini dan belum mematikan kami lantaran dosa kami. Seorang bertanya) (Wahai Abu Abdurrahman, bagaimana anda membaca huruf ini, pakai alif atau ya’, min main ghair asin atau min main ghair yasin.
Abdullah menjawab: semuanya benar (apakah Anda membaca selain itu? Ia menjawab: Ya) (Aku membaca surat-surat Mufashal dalam satu raka’at) (Abdullah berkata: Cepat seperti bacaan syair. Ada umat yang membaca al-Qur’an) (seperti baca puisi, tak sampai pada kerongkongannya) (Jika sampai pada hatinya, tentu bermanfaat. Sesungguhnya paling utamanya shalat adalah ruku’ dan sujud) (Aku pernah mendengar rangkaian surat) (dan Nabi saw. membacanya) (Dua surat untuk satu raka’at, dua puluh surat untuk sepuluh raka’at). HR Bukhari: 742, 4756; Muslim: 822; Abu Dawud: 1396; Tirmidzi: 602; Nasai: 1004, 1005, 1006; Ahmad: 3607.
Memang dalam shalat fardhu yang dilakukan secara berjamaah diharapkan imam untuk memperingan bacaannya, namun bukan berarti menafikan membaca dua atau beberapa surat, khususnya dari surat-surat mufashal. Wallahu a’lam.
Apalagi jika seseorang menjalani shalat fardhu sendirian, tentu menggabung sekian surat tidaklah disalahkan, yakni yang sesuai dengan batas kemampuan masing-masing. (*)
Hukum Membaca Dua Surat setelah Al-Fatihah dalam Shalat; Editor Mohammad Nurfatoni