Pesan PDA Gresik kepada Ketua PCA Gresik Terpilih, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Ian Ianah
PWMU.CO – Amanat Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik disampaikan Ida Rahayuningsih MPsi Psikolog untuk Ketua PCA Kecamatan Gresik 2022-2027 Zulfiah SPsi, hasil Musycab Aisyiyah, Ahad (4/6/2023).
Wakil Sekretaris PDA Gresik periode 2022-2027 ini menyampaikan, seorang pemimpin yang terpilih ini tentunya sudah mampu mengatur diri sendiri, mengatur urusan keluarga, dan mengatur organisasi.
“Tentunya, harus mampu menggerakkan Aisyiyah sebagai media dakwah,” ujarnya.
Prinsip kepemimpinan di Aisyiyah adalah kolektif kolegial, setiap tanggung jawab dibagi secara merata. Tugas, tanggung jawab, dan kewenangan mulai ketua sampai Pimpinan Majelis. Ketika prinsip kolektif kolegial ini dijalankan, maka tugas akan menjadi ringan.
Akan tetapi, lanjutnya, bukan berarti bila ada satu-dua orang yang banyak bekerja otomatis menjadikan organisasi itu menjadi baik. Semakin orang bekerja sendiri, semakin tidak menyehatkan organisasi dan tidak menyehatkan individu itu sendiri.
Semua harus dibagi bersama sesuai job desk-nya, untuk mengikuti apa tugas dan tanggung jawab masing-masing. Tugas menjadi tidak berat karena dipikul bersama. Yang menjadi berat adalah jika ada yang melepas tugas dan tanggung jawabnya.
Kaderisasi
Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) ini mengungkapkan Aisyiyah dibutuhkan kaderisasi. Kaderisasi dimulai saat ini peserta Musycab yang hadir dari semua perwakilan Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) se-Cabang Gresik dengan banyak wajah baru.
“Harapannya ini bisa dilanjutkan. Karena membentuk seorang kader itu tidak seperti membalik telapak tangan. Membutuhkan waktu dan proses dengan tahap perkenalan.”
Jika peserta di sini bisa menggandeng masing-masing satu kader, sudah menjadi dua kali lipatnya. Diajak pengajian, diajak arisan, itulah tahap perkenalan. Jangan ujuk-ujuk dijadikan pengurus.
Tahap berikutnya adalah keterlibatan. Jika ada kegiatan, yang biasanya aktif jangan menjadi panitia. Kalau bisa yang kurang aktif dijadikan panitia. Karena dari situlah cara mengaktifkan dan menggandeng anggota baru. Ini tahapan terakhir. “Jika sudah mengenal, terlibat, akan muncul komitmen,” ungkapnya.
Dia menambahkan, sumber kader Aisyiyah bisa dari PRA, Nasyiatul Aisyiyah (NA), IPM, putri kandung, atau menantu perempuan. Sangat miris dan ada rasa kecewa jika ibunya aktif di Muhammdiyah, khususnya Aisyiyah, tapi anaknya tidak ada yang aktif di Aisyiyah.
Sumber kader lainnya adalah yang bekerja di amal usaha Muhammadiyah (AUM) ataupun amal usaha Aisyiyah. Mereka bisa dilibatkan di kegiatan Aisyiyah. Karena kaderisasi ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pemimpin di Aisyiyah, melainkan juga harus meng-kader kebutuhan pemimpin di amal usaha.
“Sayang sekali jika yang bekerja di Muhammadiyah itu tidak mengenal ideologi Muhammadiyah.”
Komunikasi terbuka menjadi kunci saling kerjasama. Proses dalam organisasi itu merekatkan dan mencairkan suasana. Perempuan bukan hanya mempunyai tanggung jawab domestik, melainkan juga tanggung jawab sosial.
“Semoga ibu-ibu di Gresik dapat menghidupkan Aisyiyah,” pungkasnya.
Sebelum menutup sambutan amanatnya. Idha mengingatkan setelah Musycab pertama, perlu melengkapi atau merevisi Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) setelah ada tanggapan dari peserta Musycab.
Kedua, menyusun pengurus PCA periode 2022-2027. Ketiga, membuat Surat Keputusan dan Tanfidh pengurus, program kerja, dan rekomendasi. Keempat, pengajuan SK Pimpinan. Kelima, Berita Acara. Keenam, Rapat Kerja. Yang ketujuh, konsolidasi untuk melaksanakan Musyawarah Ranting (Musyran). (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.