Nasyiatul Aisyiyah terbesar ada di Lamongan. Liputan Alfain Jalaluddin Ramadlan, Kontributor PWMU.CO Lamongan
PWMU.CO – Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Nasyiatul Aisyiyah (Nasyiah) Lamongan menjadi Nasyiah terbesar di Jawa Timur. Baik dari jumlah Cabang, Ranting maupun jumlah kader.
Demikian disampaikan Wakil Ketua PWNA Jawa Timur Bidang Organisasi Ifah Faridah SPd, dalam Pembukaan Musyawarah Daerah (Musyda) Ke-11 Nasyiatul Aisyiyah Lamongan di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Brondong, Sabtu (10/6/2023)
Mengawali sambutannya, Ifah Faridah SPd mempersembahkan sebuah pantun, yang lantas dijawab cakep secara serentak oleh peserta Musyda.
Jalan-jalan ke Kota Lamongan
Jangan lupa kuliner nasi boran
Izinkan saya asli Daerah Lamongan
Izin mengucapkan salam
Ifah menjelaskan, permusyawaratan dalam organisasi adalah sebuah keniscayaan, yang mana dimulai dari Muktamar Nasyiatul Aisyiyah, kemudian Musywil NA Jawa Timur, dan hari ini terselenggara Musyda PDNA Lamongan.
“PDNA Lamongan adalah yang perdana melakukan Musyda Se-Jawa Timur. Baru terhitung 1 bulan pasca-Musywil, yang sudah menjalankan Musyda yaitu Bu Desi Ratna Sari yang terpilih sebagai Ketua PWNA Jawa Timur,” ucapnya disambut tepuk tangan musyawiraat.
Kata Ifah Faridah, hal ini merupakan sebuah prestasi sekaligus tantangan baru untuk Kabupaten Lamongan, karena kader terbaiknya akan menghibahkan waktu untuk Nasyiah Jawa Timur.
“Maka saya berhadap, dalam Musyda ke-11 Nasyiatul Aisyiyah Lamongan ini akan muncul Desi Ratna Sari yang lain, bahkan unggul dari Desi Ratna Sari,” ucapnya.
Tantangan Nasyiatul Aisyiyah Lamongan
Melalui Musyda, menurut Ifah, hal ini untuk menunjukkan bahwa organisasi kita adalah organisasi kader dan struktur.
“Terselenggaranya Musyda ini bukan berarti berakhirnya periode, tapi ini menjadi tantangan bagi PDNA Lamongan untuk menjadi lebih baik lagi,” tandasnya.
Dia mengatakan, sudah menjadi rahasia umum, bahwa Nasyiah Lamongan menjadi Nasyiah terbesar di Jawa Timur. Tapi banyaknya kuantitas, menurutnya, sudah seyogyanya diimbangi juga dengan kualitas.
“Maka PDNA Lamongan harus membuka diri, agar kader NA ini bukan hanya untuk Nasyiah saja, tapi juga berperan untuk Pemerintah Kabupaten Lamongan pada umumnya,” tutur alumnus Al Ishlah Sendangagung Paciran ini.
Menurutnya, dengan mendapat predikat sebagai daerah yang memiliki kader terbanyak, tentu tantangan kader Nasyiah Lamongan berbeda dengan daerah yang lain.
“Kalau di daerah selatan banyak yang menghadapi persoalan internal. Tapi di Lamongan sudah menghadapi persoalan di pemerintahan. Maka dari itu, Nasyiah harus dibekali dengan modal keilmuan,” paparnya.
Tiga Syarat Pimpinan
Dia juga mengutip pesan dari Ketua PWM Jawa Timur Dr dr Sukadiono MM, bahwa ciri atau syarat pimpinan ada tiga.
“Pertama seorang pimpinan harus pinter. Bahwa menjadi pemimpin tidak hanya memikirkan keluarga saja, tapi harus memikirkan kader, masyarakat dan bangsa. Oleh sebab itu, harus pinter,” ucapnya.
Kedua, sebagai seorang pimpinan harus bener. “Jadi kembali ke asas dan tujuan persyarikatan adalah harus sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah. Jika ada kader Nasyiah yang nggak bener, maka gerakan Nasyiah ke depan juga akan nggak bener,” ujarnya.
Ketiga, Kober. “Kober di sini bukan meluangkan dan memprioritaskan, tapi mencatat di jadwal harian kita, bahwa kita adalah kader Nasyiah, sehingga mminimal satu minggu satu kali untuk berNasyiah,” terangnya.
Terakhir, dia menginformasikan bahwa Nasyiah di Indonesia ini diperhitungkan keberadaanya dalam gerakan penurunan angka stunting. Maka menurutnya, NA harus menjadi yang pertama aktif dalam menurunkan angkat stunting, untuk menunjukkan kemajuan kader Nasyiah.
“Selamat dan sukses atas terselenggaranya Musyda Ke-11 PDNA Lamongan,” pungkasnya. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni