Langkah-Langkah Pencegahan Penularan Penyakit Skabies di Asrama, liputan kontributor PWMU.CO Surabaya Rahma Ismayanti
PWMU.CO – Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) dr Syafarinah Nur Hidayah Akil MSi dan dr Nurma Yuliyanasari MSi melakukan skrining dan edukasi skabies (kudis), Kamis (1/6/2023).
Kegiatan yang dilaksanakan bertepatan dengan hari jadi organisasi mahasiswa CIMSA FK UM Surabaya ini dilakukan pada 35 anak asuh dan 10 pengasuh di Panti Asuhan Muhammadiyah Medokan Ayu Surabaya.
“Pada bakti sosial ini dilakukan beberapa kegiatan yaitu penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan skrining skabies untuk pengurus panti asuhan serta anak-anak,” ujar Ketua Pelaksana Eliza Fatimatuz Zahro.
Dia menuturkan kegiatan ini kurang lebih diikuti 35 anak panti dan 10 pengasuh. Meskipun penyebaran skabies dapat terjadi di panti asuhan, penting untuk memahami bahwa penyakit ini tidak selalu terkait dengan lingkungan tersebut.
“Lingkungan panti asuhan sering kali dipenuhi oleh stereotip masyarakat yang dapat menyebabkan kekhawatiran terhadap penyebaran penyakit skabies. Namun, di balik persepsi ini terdapat fakta yang perlu kita ketahui.”
Langkah Pencegahan
Dokter Syafarinah menjelaskan, ada langkah-langkah pencegahan yang tepat agar panti asuhan dapat menjadi tempat yang sehat bagi anak-anak.
“Anak asuh yang sehat harus menghindari kontak langsung dengan penderita scabies dan juga menghindari kontak tidak langsung seperti berbagi barang pribadi contohnya handuk atau pakaian,” jelasnya.
Jika kemudian ditemukan ada anak asuh yang mempunyai gejala, maka harus dilakukan tindakan pemutusan rantai penularan.
“Semua pakaian dan sprei penderita harus dicuci secara terpisah bisa dengan merendam di air panas sekitar suhu 50°C selama 15-20 menit,” ucap dr Rina, sapaan akrabnya. “Atau dimasukkan ke dalam plastik tertutup dan didiamkan selama kurang lebih 3 hari,” imbuhnya.
Dari hasil skrining yang dilakukannya, dr Rina menemukan masih ada sedikit anak asuh yang menderita penyakit scabies. “Semua anak asuh yang menunjukkan gejala meskipun sedikit harus diobati sampai tuntas sehingga tidak menularkan kepada yang sehat,” ujarnya.
Dia menuturkan, pengobatan sederhana yaitu dengan pemberian krim permethrin 5 persen yang dioleskan pada malam hari sebelum tidur, khususnya di sela-sela jari tangan, kemudian dibiarkan semalaman, pada saat bangun tidur baru dibilas bersamaan dengan mandi.
“Apabila masih terdapat lesi, maka bisa diulangi sepekan setelahnya,” tandasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.