PWMU.CO – Kebutuhan infus Rumah Sakit Muhammadiyah dianjurkan untuk memproduksi sendiri untuk memenuhinya.
Hal itu disampaikan Ketua PP Muhammadiyah Bidang Ekonomi, Bisnis, dan Industri Halal Prof Dr Muhadjir Effendy MAP di Kantor Menko PMK Jakarta, Jumat (9/6/2023).
Dia mengatakan, Muhammadiyah memiliki 119 rumah sakit yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah ini merupakan potensi yang besar dalam pemenuhan alat kesehatan terutama kebutuhan infus.
Disebutkan, kebutuhan infus untuk rumah sakit dalam negeri mencapai 250 juta botol tiap tahun. ”Atas dasar ini Muhammadiyah harus mandiri dalam pemenuhan kebutuhan infus. Langkah pertama yang dilakukan dengan membeli dalam partai besar sehingga dapat memotong harga hingga 40 persen,” katanya.
Muhammadiyah, sambungnya, memiliki sumber daya yang memadai dalam pengembangan pemenuhan kebutuhan alat kesehatan. Selain memiliki jumlah jaringan rumah sakit, pemasaran alat kesehatan terutama infus dapat dilakukan melalui cabang dan ranting yang ada di perserikatan Muhammadiyah.
”Maka perlu mengubah mindset yang ada di pengurus dan kader, yang semula amal usaha Muhammadiyah maka harus diubah menjadi usaha amal Muhammadiyah,” papar mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini di hadapan pengurus Halal Centre dan Lembaga Pemeriksa Halal dan Kajian Halalan Thayyiban (LPH-KHT) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.
Dari sisi kehalalan produk, alat kesehatan masih banyak belum tersertifikasi halal. Maka ini menjadi peluang bagi LPH KHT untuk menangani hal tersebut.
Menanggapi hal ini, Ketua Lembaga Pemeriksa Halal dan Kajian Halalan Thayyiban (LPH-KHT) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ir Muhammad Nadratuzzaman Hosen, MS, MEc, Ph.D menyatakan kesiapan lembaganya.
Hal ini ditandai dengan upaya peningkatan status akreditasi Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dari pratama menjadi utama. ”Dengan peningkatan status ini maka LPH Muhammadiyah dapat memeriksa dan mengeluarkan sertifikat produk di seluruh wilayah Indonesia bahkan luar negeri,” ujar alumnus University of New England, Armidale, Australia ini.
Muhadjir menambahkan pimpinan Muhammadiyah harus berani ambil risiko dalam mewujudkan kemandirian ini. ”Sejak awal saya berani membangun rumah sakit pendidikan sebagai langkah untuk memajukan institusi meskipun rumah sakit tersebut baru masuk tipe D,” ujar pria asal Madiun ini.
Muhadjir menambahkan hanya seorang pemenang yang mau ambil risiko. Dan pemenang rezekinya akan dilapangkan. (*)
Penulis Aries Kurniawan Editor Sugeng Purwanto