PWMU.CO – Penghargaan Inspiring People diberikan Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Baratajaya Surabaya tokoh bangsa dari Surabaya: KH Mas Mansyur dan H Roeslan Abdulgani.
Penghargaan Inspiring People diserahkan di acara Festival Anak Kreatif XXI atau Kreatifunesia di Gedung Airlangga Convention Center (ACC) Kampus C Unair Surabaya, Sabtu (10/6/2023).
Penghargaan ini diterima keluarga tokoh di antaranya Abdan Fikri, cucu KH Mas Mansyur dan Rahma Rondang Aristin dan Djarot Indraedhi, keponakan H Roeslan Abdulgani di sela acara
Sebelum menerima penghargaan, keluarga inspiring people ini berbagi cerita inspirasi dan motivasi pada penonton, terutama pada siswa Sekolah Kreatif Baratajaya.
Djarot Indraedhi, keponakan Roeslan Abdulgani menyampaikan sekilas tentang siapa pamannya itu. ”H. Roeslan Abdulgani itu asli arek Suroboyo, arek Plampitan. Beliau lahir 24 November 1914 selisih 13 tahun dengan Ir Soekarno,” katanya.
Ia menambahkan, Roeslan Abdulgani merupakan seorang tokoh pergerakan revolusi nasional tahun 1945 bersama Bung Karno, HOS Tjokroaminoto, dan KH Mas Masyur itu satu perjuangan.
”Sekilas cerita bahwa beliau asli arek Suroboyo,” terangnya yang diikuti gemuruh tepuk tangan penonton.
Sekilas motivasi buat generasi muda, lanjut dia, jangan melupakan sejarah karena setiap manusia mempunyai sejarah. ”Jadi ada tiga pesan beliau untuk generasi muda penerus bangsa, yaitu hormati dan hargai kedua orangtua, tetap semangat belajar, dan jadilah penerus bangsa,” tutupnya.
Sementara Abdan Fikri, cucu KH Mas Mansyur mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang diberikan. ”Terima kasih Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya atas penghargaan untuk KH Mas Mansyur,” ungkapnya.
Di hadapan ribuan penonton, wali murid Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 20 Surabaya ini menceritakan sosok kakeknya tersebut. ”Saat kecil ia belajar agama pada ayahnya sendiri. Kemudian di usia anak-anak, ketika KH Mas Mansur berusia 10 tahun, ia dikirim ayahnya ke Pondok Pesantren Demangan, Bangkalan, Madura,” katanya.
Ia mengatakan, sejak usia 12 tahun KH Mas Mansur sudah berpergian jarak jauh untuk menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu. ”Di Makkah kurang lebih empat tahun belajar di sana, beliau bergeser ke Mesir,” ujarnya.
Ia menambahkan awalnya orangtua KH Mas Mansur merasa keberatan mengizinkan untuk ke Mesir, karena kondisi Mesir waktu itu kurang kondusif. ”Namun beliau tetap melaksanakan keinginannya tanpa izin orang tuanya untuk belajar di Al-Azhar Mesir,” ceritanya.
Selama kurang lebih 2 tahun di Mesir, lanjut dia, KH Mas Mansur pulang ke Indonesia umurnya masih 18 tahun dan masih muda. ”Bekal ilmu yang telah dipelajari di Makkah dan Mesir, beliau mendirikan Muhammadiyah Cabang Surabaya dan Madrasah Mufidah pada tahun 1921,” ucapnya.
Dia akhir sambutannya, ia berpesan, motivasi yang bisa kita ambil dari perjalanan KH Mas Mansur yang pertama iman dan takwa. ”Anak-anakku, iman dan takwa nomor satu,” katanya.
Selanjutnya ilmu dan teknologi. ”Dan yang lebih penting adalah birrul walidain atau berbakti pada orangtua. Jika itu semua kalian bisa mengamalkannya, insyaallah perjalanan kalian ke depan akan lebih mudah,” tutupnya.
Penulis Riska Oktaviana Editor Sugeng Purwanto