Haji Mabrur tanpa Berangkat Tanah Suci? Liputan Moh. Ernam.
PWMU.CO – Haji mabrur balasannya surga. Setiap jamaah haji harus bisa mencapai haji mabrur, karena itu pencapaian tertinggi dalam ibadah haji.
Demikian muqodimah khutbah Jum’at yang disampaikan , Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Moh. Sulthon Amien di Hotel Arayana, Trawas, Mojokerto, Jumat (16/06/2023).
“Haji termasuk ibadah yang berat. Antriannya luar biasa panjang dan lama,” tegasnya.
Pria yang akrab dipanggil Pak Sulthon memberikan contoh saat mengisi kajian Ahad pagi di Masjid Ummul Mukminin Surabaya. Secara guyon jamaah ditanya, berapa jumlah yang sudah melaksanakan ibadah haji.
“Ternyata tak ada 10 persen yang sudah berangkat haji. Jamaah yang sudah daftar juga tidak ada tiga kali lipatnya,” lanjut Pak Sulton.
Kesempatan melaksanakan ibadah haji juga semakin sempit. Ada rencana pemerintah untuk terus mengurangi subsidi biaya haji sehingga diperkirakan biaya bisa mencapai 90 juta rupiah.
Oleh karena itu, katanya, kita harus tetap mencapai mabrur baik saat haji maupun jika belum punya kesempatan haji. Menurut dia, mabrur satu akar kata dengan al-birr atau kebajiakan.
“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan (al-birru), sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui,” tegas Pak Sulthon mengutip al-Qur’an surat Ali Imran ayat 92.
Diskusi Dua Malaikat
Untuk menegaskan hal itu Pak Sulthon mengutip kisah populer yang meskipun susah dicari sumbernya tapi masuk akaln isinya.
Seeorang ulama yang bermimpi melihat dua malaikat sedang berdiskusi. Dua malaikat itu berdiskusi, ternyata dari seluruh jamaah yang melakukan ibadah haji di tahun itu hanya tiga orang yang hajinya diterima, hajinya mabrur. Dua orang datang menunaikan haji, tapi satu orang tidak menunaikan ibadah haji.
“Kalau datang melaksanakan ibadah haji dan mabrur tentu biasa. Namun orang ini tidak naik haji tapi mabrur, tentu ada hal yang luar biasa,” terang Pak Sulthon.
Abdurrahman Abdullah Al-Mubarok pun mencari tahu orang itu. Namanya si Fulan X.
Si Fulan X yang hajinya mabrur akhirnya ditemukan. Ia bercerita bahwa ia memang sudah menabung sedemikian dirham dan sudah cukup untuk berangkat haji. Namun suatu hari itrinya yang sedang hamil mencium bau makanan yang sangat enak. Ia sangat ingin mencicipinya.
“Saya mendatangi orang itu untuk meminta atau membelinya. Alangkah kagetnya saya, ternyata makanan itu bangkai kambing yang dimasak. Orang itu masak bangkai karena tidak punya makanan,” kata Abdurrahman.
Si Fulan X itu kaget. Lalu pulang mengambil semua tabungan untuk haji tadi diserahkan kepada orang itu. Saya tidak jadi berangkat haji.
“Si Fulan X itu ternyata mendapat haji mabrur karena menginfakkan harta yang paling dicintai untuk membantu tetangga yang membutuhkan. Ini ini yang harus kita tiru,” kata Pak Sulthon Amin. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni