PWMU.CO – Buku kumpulan naskah pidato presiden dinilai penting sebagai dokumen otentik yang dapat dikaji sebagai data penelitian. Melalui dokumentasi tersebut, akan tergambar apa saja pemikiran seorang pemimpin negara, serta bagaimana ia merespon keinginan masyarakat.
Demikian salah satu poin penting diskusi yang mengemuka ketika Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menerima tim dari Sekretariat Kabinet Republik Indonesia (Seskab RI), Kamis (15/7/2023).
Tim dari Seskab dipimpin Muhammad Fathtoni M yang merupakan Kasubid Verbatim dari Kedeputian Nahkah dan Perejemahan. Ia didampingi dua staf, Soenarto dan Hari Cahyo Gemilang. Mereka diterima Kaprodi Komunikasi UMM, Nasrullah, bersama beberapa dosen, staf, dan mahasiswa di ruang rapat FISIP UMM.
Fathoni mengatakan untuk menyusun buku kumpulan pidato presiden pihaknya mengumpulkan bahan-bahan verbatim secara tematik. Salah satu buku yang telah diterbitkan adalah “Indonesia dan Covid-19: Kerja Keras di Tengah Pandemi” yang secara simbolik diserahkan kepada Kaprodi.
“Kami melakukan penjaringan gagasan sekaligus sosialisasi ke beberapa kampus dan pemerintah daerah. Sebelum ini, kampus yang sudah kami ajak berdiskusi adalah Undip,” ungkapnya.
Seskab juga mengajak pemerintah daerah ikut menyusun buku-buku tematik serupa agar sosialisasi capaian pemerintah dapat terkomunikasi dengan baik. Untuk itu pihaknya terus berkoordinasi dengan Pemprov, termasuk Jawa Timur, untuk menyukseskan program ini.
Menanggapi ajakan memberi masukan atas buku lain yang akan disusun, Nasrullah menyampaikan buku-buku itu sebenarnya penting terutama sebagai sebuah dokumen sejarah yang otentik. Tetapi yang lebih penting lagi adalah nilai fisik dari buku tersebut ketika di tangan pembaca dari kalangan mahasiswa, misalnya.
“Tahun 1996 saya diundang ke istana negara sebagai mahasiswa berprestasi nasional, dan oleh-oleh dari Pak Harto (Presiden RI waktu itu), adalah segebok buku kumpulan pidato beliau. Terus terang saya baca semua untuk mempelajari bagaimana Pak Harto memimpin,” tutur Nasrullah memberi alasan pentingnya buku dibagikan ke mahasiswa.
Selain itu, buku pidato tematik juga dapat menjadi data penelitian yang penting. Fathoni mengungkapkan, di Undip pihaknya mendapat dukungan agar semua pidato presiden yang disampaikan secara terbuka di depan public dapat diakses oleh para peneliti. Dengan demikian, akademisi dapat mencermati apa saja ide, kinerja, maupun visi misi seorang presiden.
Winda Hardyanti, salah seorang dosen Komunikasi mengusulkan agar selain pidato, di buku juga perlu diberi narasi atas konteks lahirnya sebuah pidato atau gagasan presiden. “Dengan demikian masyarakat akan tahu dalam konteks apa presiden mengatakan apa,” terangnya.
Seskab akan menindaklanjuti pertemuan tersebut dengan mengundang UMM untuk menjadi salah satu narasumber penyusunan buku berikutnya September mendatang. Sementara dari pihak Komunikasi UMM berharap agar Seskab juga memberi kesempatan kepada mahasiswanya untuk magang di kantor Seskab.
“Mahasiswa kami banyak yang magang di BUMN dan di pemerintahan, termasuk yang saat ini sedang jalan adalah di Lembaga Sensor Film di Jakarta,” kata Nasrullah.
Fathoni menyanggupi kesempatan magang itu untuk dibicarakan di sekretariat di Jakarta. “Tentu saja kami terbuka untuk mahasiswa. Silakan bersurat dan sampaikan bagaian apa yang ingin dimasuki,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni