SD Mugeb Workshop Penyusunan Instrumen Asesmen Diagnostik dan Modul, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Novita Zahiroh
PWMU.CO – SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik Jawa Timur menggelar Workshop Pendidikan bertema Penyusunan Instrumen Asesmen Diagnostik Berkemajuan, Selasa (13/6/2023).
Dalam sambutannya, Kepala SD Mugeb M Nor Qomari SSi menjelaskan dalam workshop ini sebagai pemateri adalah Drs Najib Sulhan MA.
“Najib Sulhan sosok yang energik, pantang menyerah, dan selalu punya kreasi baru. Maka SD Mugeb mendatangkan Ustadz Najib agar kita bisa seperti Ustadz Najib,” ujarnya.
Dia mengajak guru meluruskan niat dan fokus menyiapkan modul pembelajaran yang mempermudah siswa, orangtua, dan guru sendiri. “Saya yakin, kalau modul ini jadi, kita bisa meningkatkan kualitas pembelajaran,” ungkapnya.
Kualitas ini termasuk bagaimana guru fokus meningkatkan pemahaman siswa dan menumbuhkan akhlak mulia, karakter, minat bakat, dan prestasinya.
Dia berharap, nantinya akan tercipta asesmen diagnostik dan modul pembelajaran ala SD Mugeb. “Satu level kelas menghasilkan empat modul pembelajaran. Fokus dua hari ini menyiapkan buku batch 1,” tuturnya.
Wakil Kepala Sekolah bidang Pengembangan Pendidikan Rizka Navilah Sari SPd menuturkan karena modul pembelajaran setiap jenjang kelas bentuknya berbeda, untuk kelas bawah lebih banyak gambarnya nanti.
“Di setiap modul ada aktivitas scan me berisi barcode yang menautkan ke video di kanal YouTube SD Mugeb, latihan soal di Google Form, maupun sumber buku bacaan menarik untuk siswa,” harapnya.
Dengan modul ini, lanjutnya, orangtua memiliki pegangan untuk mendampingi anaknya belajar di rumah sehari-hari maupun ketika persiapan ujian.
Motivasi Menulis
Sebelum menjelaskan materi utama menulis modul pembelajaran, Najib memberi motivasi kepada guru agar bersemangat menulis. Pada kesempatan pagi itu, Najib mengungkap empat hal yang membuat seseorang tidak menulis.
Pertama, takut dan kurang pede. Dapat kritikan temannya, digandoli. “Padahal sejelek-jeleknya karya, masih jelek yang mencela. Yang mencela biasanya bukan penulis,” ujarnya.
Dia mengimbau, kalau ada orang mencela tulisan kita, tidak usah diihiraukan. Kalau mau nulis, ya nulis saja.
Kedua, tidak punya ide dan waktu. Najib menegaskan, selamatlah orang-orang yang datang dengan mencatat. Sebab dalam diri manusia ada penyakit lupa.
“Makanya begitu ada ide bagus, langsung tulis! Kenapa di luar sana banyak tulisan jelek? Karena orang yang tulisannya bagus nggak mau nulis. Tulis untuk menyelamatkan tulisan-tulisan jelek yang beredar di luar sana,” imbuhnya.
Dia menyampaikan, bohong kalau seseorang tidak punya waktu untuk menulis. Alasan itu menurutnya berlaku bagi orang-orang yang tidak bisa memanajemen waktu. “Jangan suka menyalahkan waktu!” tegasnya.
Keempat, mengoreksi sebelum tulisan selesai. “Baru nulis satu paragraf sudah baca ulang. Nggak cocok, koreksi, akhirnya nggak jadi-jadi. Kalau pengin nulis, nulis saja nggak usah langsung dikoreksi. Biarkan ketik sampai selesai baru kita koreksi!” ajaknya.
Kelima, terbentur aturan menulis. “Anda punya gaya sendiri, siapa tahu gaya Anda ditiru orang lain,” tekannya.
Asesmen Diagnostik
Dalam pelatihan tersebut, Najib juga membagikan buku asesmen diagnotisk buatannya yang tidak berhak cipta sehingga bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sekolah. “Saya sudah lama membuatnya, tahun 2007. Kalau punya keinginan, saya langsung tuangkan ke tulisan,” kenangnya.
Buku itu memuat asesmen gaya belajar, kecerdasan majemuk, dan kesulitan belajar. “Saya merangkum dari 5 buku. Kalau kita senang membaca, ada ilmu yang kita dapatkan,” ungkapnya.
Najib menuliskannya berdasarkan konsep dalam al-Quran, tepatnya Surat an-Nahl ayat 78. “Kalau anak diskalkulia (kemampuan belajar), disuruh mengerjakan tugas berhitung seperti anak lainnya yang normal, anak bisa stres. Tekankan pada tugas lainnya yang dia mampu,” imbaunya.
Pria kelahiran Dukun Gresik ini menekankan, setiap anak itu produk sukses. “Kalau anak gagal, berarti kita yang tidak bisa menemukan potensi atau fitrahnya. Kawal potensi anak! Kalau dikawal akan bagus, kalau tidak, akan rusak,” tegasnya.
Akhirnya dia memotivasi guru agar semangat melakukan asesmen diagnosis dan menuangkannya dalam tulisan. “Kalau ada masalah, pahami, selesaikan, tulis!” (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.