PWMU.CO – Muhammadiyah menjadi role model organisasi agama paling sukses di dunia. Itu menurut Prof Robert W. Hefner dari Universitas Boston Amerika Serikat.
Paparan itu disampaikan Dr M. Sulthon Amien, Wakil Ketua PWM Jawa Timur di acara Capacity Building di Trawas, Mojokerto, Jumat (16/06/2023).
Dia mengatakan, hal yang sangat menggelitik para orientalis seperti Hefner adalah jika kamu ingin tahu tentang Islam, lihatlah al-Quran dan sunnah, lihatlah sumber otentiknya.
”Rekomendasi keilmuannya sangat menggelitik kalau orang mau belajar agama Islam, bukan mempelajari umat Islam namun sumber aslinya,” katanya.
Sulthon bercerita lagi tentang Prof Mitsuo Nakamura, peneliti dari Jepang. Nakamura belum muslim. Suatu kali Nakamura berpesan kepada Pak Muhajir Darwin (dosen Universitas Gajah Mada), saat mendampinginya.
”Kalau Pak Muhajir ke Jepang, mohon mampir ke rumah saya,” cerita Sulthon menirukan kata-kata Nakamura.
Pak Muhajir memenuhi permintaan Nakamura. Mampir ke rumahnya. Rumah Nakamura ternyata lebih tepat disebut kantor Muhammadiyah. “Rumahnya penuh artefak Muhammadiyah. Nakamura bisa disebut Muhammadiyah luar dalam,” lanjut Sulthon.
Belajar Budaya Organisasi
Belajar organisasi bisa melalui tiga hal. Pertama, artefak, barang peninggalan Muhammadiyah. Kedua, espoused values and beliefs, nilai dan keyakinan yang dianut. Ketiga, underlying assumptions, asumsi yang mendasari.
Artefak adalah aspek paling terlihat dan terukur mencakup hal-hal seperti simbol, ritual, struktur fisik, teknologi yang digunakan, serta gaya berkomunikasi dan berpakaian.
”Kalau Muhammadiyah paling gampang lihat sekolah, kampus, rumah sakit, masjid. Itu semua adalah artefak,” jelas Sulthon.
Sedangkan espoused values and belief merupakan hal yang organisasi sampaikan tentang dirinya sendiri, seperti misi, visi, kode etik, dan kebijakan resmi. ”Ini paling jelas lihat AD-ART, tanfidz, pemikiran, keputusan resmi, dan lain-lain,” tambah Sulthon.
Sedangkan underlying assumptions merupakan pandangan dasar yang menjadi landasan bagi perilaku dan pengambilan keputusan. Seringkali tidak terungkap secara eksplisit, tetapi menjadi bagian yang kuat dari budaya organisasi.
”Kita prihatin dengan anak-anak yang terjebak dengan game. Namun perlu diketahui bahwa game itu dilindungi seratus psikologi, kekuatan yang tak terlihat. Sehingga hasilnya sangat digandrungi anak-anak,” tegas Sulthon.
Ini menjadi kekuatan Muhammadiyah. Sebagaimana disampaikan Cak Nur, tanpa Muhammadiyah kita tak akan mengenal Islam modern. Bahkan Azyumardi Azra berkata Muhammadiyah adalah organisasi Islam terbesar di dunia dalam pendidikan.
”Bukan hanya di kalangan Islam, melainkan juga di kalangan agama-agama lain. Tidak ada organisasi lain di suatu negara tertentu yang memiliki lembaga pendidikan sebesar Muhammadiyah,” kata Sulthon.
Semua akan menjadi jebakan. Apakah Muhammadiyah unproductive succes, keberhasilan yang bisa berubah menjadi jebakan yang menghambat peluang belajar atau productive failure, kesalahan yang bisa diubah menjadi kesempatan belajar yang sangat berharga.
”Semua tergantung kita,” pungkas Sulthon Amin.
Penulis Ernam Editor Sugeng Purwanto