Acara Musim Panas Itu Menjelma Jadi TK Aisyiyah Kairo oleh Wendy Kiswha.
PWMU.CO – Berawal dari Summer School for Children (SSFCI) yang diadakan oleh Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah (PCIA) Kairo Mesir tahun 2007. Acara itu diikuti anak-anak dari keluarga Indonesia yang tinggal di Mesir.
Diadakan selama dua pekan setiap tahunnya. Anak-anak itu berkumpul untuk mengaji, bermain, bergembira bersama. Mengenalkan tradisi permainan di negerinya. Peminatnya makin lama bertambah.
”Dari acara ini pada tahun 2009 berdirilah TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kairo. Tidak lagi acara SSFCI yang dua pekanan itu. Tanggal 11 April tahun 2010, TK ABA diresmikan oleh Pimpinan Pusat Aisyiyah Prof Dr Chamamah Shoeratno MA,” cerita Hilma A’yunina, Ketua PCIA Mesir diwawancarai via online.
TK ABA Kairo memanfaatkan fasilitas gedung PCIA dan PCIM. Pagi sampai siang hari untuk belajar anak-anak TK. Siang sampai sore dipakai PCIM dan PCIA Mesir.
”Alhamdulillah TK ABA Kairo sudah memiliki izin operasional dan NPSN dari Kemendikbud RI dengan bantuan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo,” sambungnya.
Saat ini, kata dia, TK sudah memiliki fasilitas belajar yang layak semenjak PCIM Mesir memiliki markas dakwah sendiri di Ismail Wahbi St. Gedung 4 Blok 22 lantai 1, Nasr City, Kairo.
TK ABA Kairo di tahun ajaran 2023 memililiki 43 siswa. Mayoritas berasal dari Indonesia. Lainnya dari Malaysa. Jam belajar mulai dari pukul 11.00-14.00 Waktu Kairo.
”Materi pelajarannya terbagi dua bagian. Interval satu seperti hafalan surat-surat pendek, hadits-hadits pilihan, doa sehari-hari, membaca iqra’, shalat berjamaah. Interval dua meliputi agama dan sosial, bahasa, kognitif, psikomotorik dan seni,” tutur Hilma mahasiswi S2 di Universitas Al-Azhar tersebut.
Setiap bulan TK ABA Kairo mengadakan kegiatan bertajuk pekan sehat diisi dengan lomba yang melibatkan wali murid, siswa, dan guru . Acaranya antara lain praktik gosok gigi, penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Kesan
Para guru sekolah ini adalah para aktivis PCIA. Kepala TK ABA Kairo, Saipik SPd menuturkan, sekolah ini merupakan aset bangsa dan Aisyiyah . Atase Dikbud KBRI Kairo memberikan apresiasi atas konsistensi dan upaya memberikan pelayanan kepada anak-anak Indonesia di negeri Afrika Utara ini.
”Alhamdulillah saya senang sekali selama menjadi kepala TK ABA Kairo sejak 2016. Bersyukur karena ilmu yang saya dapatkan di Universitas Muhammadiyah Malang bisa bermanfaat dan alhamdulillah senang sekali bisa terlibat dalam aktivitas Muhammadiyah walaupun di luar negeri,” katanya.
Saipik menyampaikan kendala yang berpengaruh pada keberlangsungan TK ABA Kairo antara lain Pertama, sistem pendidikan dan politik Mesir yang berbeda dengan Indonesia membuat sekolah ini sulit terdaftar secara resmi. ”Karena itu kami tidak menerima murid penduduk lokal,” ujarnya.
Kedua, belum ada bantuan resmi dari pemerintah. Sumber utama keuangan TK ABA Kairo dari uang SPP tiap bulan dan subsidi PCIM Mesir.
Ketiga, keberadaannya di luar negeri tidak menjamin tersedianya guru yang cukup karena para guru aktivis mahasiswa yang kuliah sarjana hingga doktor.
”Kadang sulit membagi waktu antara jam kuliah dengan mengajar di TK yang berlangsung setiap hari. Ketika lulus, guru-guru ini pasti pulang ke Indonesia,” katanya.
Keempat, tak punya mobil antar jemput sehingga kehadiran murid berubah-ubah. Jarak rumah beberapa keluarga Indonesia jauh dengan TK ABA Kairo.
Kelima, gedung masih menyewa bisa saja TK ABA Kairo harus pindah sewaktu-waktu karena belum memiliki tempat yang permanen.
Walaupun begitu suasana belajar mengajar di sini, menurut Saipik, selalu gembira setiap hari. Tak ada cerita duka bersama anak-anak. ”Selalu bersyukur tetap bisa berdakwah di mana saja, kapan saja,” tandasnya.
Semangat dakwah mengembangkan Persyarikatan Muhammadiyah di manapun berada menjadi niat aktivis PCIA dan PCIM Mesir. ”Kita menjadi duta persyarikatan, juga menjadi duta bangsa dan umat Islam,” kata Saipik.
Editor Sugeng Purwanto