Cara Mengembalikan Anak pada Fitrahnya; Liputan Sayyidah Nuriyah
PWMU.CO – Apa sebenarnya yang harus kita kerjakan, sebagai ibu, untuk mengembalikan anak pada fitrahnya?
Demikian Motivator Evi Silvia Zubaidi bertanya retorik saat membahas ‘Investasi Sejati, Kembalikan Fitrah Buah Hati’ di Halaqah Ummahat, Jumat (16/7/2023) pagi.
Bunda Evi, sapaan akrabnya, menegaskan seorang ibu harus memiliki orientasi yang benar. “Ini mutlak. Orientasi kita di akhirat. Tugas kita menjaga kehalalan bagi anak-anak!”
Pada kajian yang digelar untuk wali siswa SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb), Gresik, Jawa Timur maupun umum itu, Bunda Evi menuturkan, seorang ibu harus belajar agar orientasinya benar. “Ibu harus pintar. Kata Aisyah, jangan susukan anak ke perempuan bodoh, yaitu yang tidak bisa mengajarkan anak bagaimana berpakaian sesuai syariat, bagaimana makan yang benar,” imbuhnya.
Sebabnya, kehidupan anak sekarang lebih berat kalau seorang ibu tidak membetulkan orientasinya ke kehidupan akhirat. “Shalih bukan sekadar shalat, ngaji. Kita bicarakan, kenapa perlu mengaji dan shalat. Islam itu holistik. Pakai baju, makan, berdandan harus berislam. Itu yang harus kita ajarkan ke anak-anak!” tegasnya.
Selain itu, lanjutnya, seorang ibu perlu beramal keras. “Kalau kita ingin sepakat menjadikan anak-anak baik, dosis kebaikan yang Anda kerjakan harus dobel!” tuturnya.
Tak hanya itu, kata Bunda Evi, ibu sangat perlu banyak berdoa dengan dimaknai sungguh-sungguh. “Melibatkan rasa, dengan menyungkurkan hati, bercucuran air mata. Tidak menyebut selain yang diminta. Doa dan dzikir itu dikabulkan kalau tidak lalai,” ungkapnya.
“Kalau Njenengan sudah lakukan tiga ini, saya yakin njenengan tidak sempat bikin status,” candanya bersambut gerrr para jamaah di Masjid al-Khoory KH Faqih Oesman Kampus Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG).
Kisah Musa Saksikan Siksa Kubur
Bunda Evi menutup kajian pagi itu dengan sebuah kisah. “Suatu hari, Nabi Musa melakukan safar (beplergian) ke suatu tempat. Di tengah perjalanan, dia melewati sebuah kuburan. Nabi Musa bisa melihat orang yang ada di dalam kubur. Nabi sangat terkejut karena orang dalam kubur itu disiksa keras,” ungkapnya.
Malamnya, lanjut Bunda Evi, Nabi Musa kembali melewati kuburan itu. Nabi Musa terkejut orang yang tadi pagi sangat disiksa, malamnya orang itu dijamu luar biasa. Kuburnya lapang.
Sesuai firman Allah, Nabi Musa mempertanyakan apa yang dia lihat sehingga Allah menjawab, “Bagaimana mungkin Aku menyiksanya di atas kubur padahal anaknya di atas kubur merengek berdoa, menengadahkan tangan, memohonkan ampun untuknya.”
Bunda Evi menyimpulkan, Allah mengampuni dia karena permohonan anaknya yang shalih. “Pertanyaan saya, kalau nanti malam kita mati, siapa yang merengek ke Allah? Yang bisa menyelamatkan kita di kubur?” Pertanyaan menohok ini sukses bikin beberapa jamaah berkaca-kaca. Sebagian mengelap air mata yang menetes di pipinya.
“Karena sukses itu tidak ada jalan pintas, sukses harus dimulai dari diri sendiri! Jangan berharap anak-anak mencintai Allah sebelum Anda mencintai Allah. Jangan berharap anak membaca al-Quran kalau ibunya tidak membaca al-Quran. Selamat bekerja keras, selamat beramal keras, selamat berdoa keras!” tutupnya.
Cara Ajarkan Sabar dan Syukur
Usai gemuruh tepuk tangan para jamaah mereda, beberapa bunda pun mengangkat tangan ingin bertanya. Salah satunya Tri Wahyuningrum, ibunda Jihan kelas III Brilliant.
Dia awalnya menceritakan dua di antara tiga anaknya lahir dengan kondisi fisik khusus.
Untuk menanamkan kesabaran, dia sering menceritakan kisah Nabi Ayyub. Tapi di kelas III ini, anak sulungnya semakin mampu berpikir kritis. Pertanyaan demi pertanyaan pun terlontar seperti, “Kapan aku sembuh seperti Nabi Ayyub?”
Tak hanya itu, dia juga rajin mengajak sang anak bersyukur dengan mengucap hamdalah. Dia lantas bertanya, “Bagaimana cara memotivasi dia untuk menguatkan hati dan mentalnya?”
Bunda Evi menjawab, kata sabar belum dipahami di pikiran anak-anak. Oleh karena itu dia menyarankan, “Ajak anak berdialog. Cara syukur, Alhamdulillah kita makan ya Nak hari ini. Mudah-mudahan dengan ini kita tambah taat kepada Allah. Syukur kepada aktivitas sehari-hari kita!”
Selanjutnya, Bunda Evi menceritakan, Sakdiyah yang kena ayan pernah meminta disembuhkan. “Kata Rasulullah, kalau bersabar bisa mendapat surga,” ujarnya.
Tapi masalahnya, lanjut Bunda Evi, anak belum memahami surga. “Jadi PR ibu adalah memberi gambaran surga ke anak-anak. Kita diminta senantiasa belajar agar mereka bisa paham. Sukses tidak ada jalan pintas. Harus dimulai dari diri kita!” ungkapnya memotivasi, lantas meyakinkan, “Njenengan akan dibayar lebih oleh Allah.” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.