5. Pengulangan Surat
Nabi saw juga pernah mengulang bacaan suatu surat al-Qur’an untuk pelaksanaan dua raka’at shalatnya.
Hadits Seorang Suku Juhainah
عَنْ رَجُلٍ مِنْ جُهَيْنَةَ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الصُّبْحِ {إِذَا زُلْزِلَتْ الْأَرْضُ} فِي الرَّكْعَتَيْنِ كِلْتَيْهِمَا, فلَا أَدْرِي أَنَسِيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْ قَرَأَ ذَلِكَ عَمْدًا
Seorang suku Juhainah berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. sewaktu shalat Subuh membaca idza zulzilatil ardhu pada dua rakaatnya. Aku tidak tahu, apakah Nabi saw. lupa, atau Nabi membacanya secara sengaja.
(HR Abu Dawud: 816; Baihaqi: 3829)
Menurut pemahaman ulama, pada dhahirnya memang Nabi saw membacanya secara sengaja untuk dijadikan bagian dari syari’at Islam. Maka kita boleh meneladani tuntunan tersebut.
6. Satu Ayat untuk Satu Raka’at
Boleh juga hanya membaca satu ayat al-Qur’an seperti alif lam mim, yasin, kaf ha’ ya’ ain shad dan sebagainya untuk pelaksanaan satu raka’at.
Hadits Abu Sa’id al-Khudri
وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: أَمَرَنَا نَبِيُّنَا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَقْرَأَ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَمَا تَيَسَّرَ
Abu Sa’id al-Khudri ra berkata: Kami diperintah Nabi saw untuk membaca surat al-Fatihah dan surat lain yang mudah bagi kami.
(HR Ibnu Hibban: 1790; Abu Dawud: 818; Ahmad: 11011; Abu Ya’la: 1210)
Hadits Khallad ra:
اِنَّهُ لاَ يَتِمُّ صَلاَةٌ لأَحَدٍ مِنَ النَّاسِ حَتَّى يُكَبِّرَ وَ يَقْرَأَ بِمَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ
Tidaklah sempurna pelaksanaan shalat seorang di antara kalian sehingga ia membaca takbir (takbiratul ihram) …, dan membaca apa yang mudah baginya dari hafalan al-Qur’an. HR Abu Daud dan Hakim.
Hadits Ibnu Abbas
وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ أَكْثَرُ مَا يُصَلِّي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّكْعَتَيْنِ اللَّتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ: {قُولُوا آَمَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ} وَالْأُخْرَى: {فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللهِ آَمَنَّا بِاللهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ}) وَفِي رِوَايَةٍ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ: {قُولُوا آَمَنَّا بِاللهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا}, وَالَّتِي فِي آلِ عِمْرَانَ: {قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ}
Ibnu Abbas ra. berkata: Kebanyakan bacaan Nabi pada dua rakaat sebelum Fajar adalah ayat: Katakanlah (wahai orang-orang mukmin): Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’kub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya (al-Baqarah: 136); dan ayat: Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (bani lsrail) berkatalah dia: Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah? Para hawariyun (sahabat-sahabat setia) menjawab: Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri (Ali Imran: 52).
Dalam riwayat lain: Pada shalat dua rakaat Fajar, Rasulullah saw. membaca ayat: Katakanlah (wahai orang-orang mukmin): Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami (al-Baqarah: 136); dan ayat: Katakanlah: Wahai ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah) (Ali Imran: 64).
(HR Muslim: 727; Abu Dawud: 1259; Nasai: 944; Ahmad: 2045) (*)
Editor Mohammad Nurfatoni