Mudir Al Mizan: Hidup tanpa Seni Bagaikan Sayur tanpa Garam. Liputan Alfain Jalaluddin Ramadlan Kontributor PWMU.CO Lamongan
PWMU.CO – Mudir Panti Asuhan dan Pondok Pesantren (PA dan PP) Al Mizan Muhammadiyah Lamongan, Mujianto MPdI membuka Panggung Gembira 637 Optimistic Generation, Senin (19-20/6/2023)
Acara ini diselenggarakan oleh santri kelas akhir Panti Asuhan dan Pondok Pesantren (PA dan PP) Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan di halaman Ponpes Al Mizan Putra.
Kegiatan yang diikuti seluruh santri Al Mizan ini mengusung tema “Dari Santri Berwawasan Islami, Berkolaborasi untuk Kemajuan Negeri”.
Dalam sambutannya, Mujianto mengatakan, seni itu menjadikan hidup kita menjadi indah, dapat membangkitkan motivasi, dan menggairahkan hidup.
“Hidup tanpa seni bagaikan sayur tanpa garam. Maka dengan seni, hidup menjadi indah dan menjadi mudah,” ucapnya.
Di hadapan ratusan peserta yang hadir, Mujianto mengatakan, hari ini ada panggung gembira yang ingin menunjukkan, bahwa pesantren Al Mizan bukan hanya seni untuk penampilan. Tetapi untuk dakwah.
Dia pun menyampaikan, saat Sidang Munas Tarjih di Banda Aceh tahun 1995, diputuskan bahwa seni adalah fitrah manusia. “Maka siapapun boleh mengekspresikan seninya,” imbuh Mujianto.
Empat Hal yang Harus Diperhatikan dalam Seni
Namun, dia mengatakan, ada empat hal yang harus diperhatikan dalam berseni. Pertama, seni itu tidak menjerumus kepada kerusakan. Kalau ada seni kemudian tawuran, maka tidak boleh.
“Kedua, seni itu tidak menuju kepada bahaya. Contohnya bahaya merusak fisik, organ tubuh, dan bahaya lainnya. Makanya tidak ada seni minum khamr. Karena seni itu tidak menjerumus kepada bahaya,” tutur Mudir lulusan Pondok Gontor ini.
Kemudian yang ketiga, lanjut Mujianto, seni itu tidak menunjukkan kepada kemaksiatan. “Tidak ada kemaksiatan yang dicampur dengan seni. Kalau ada seni yang dicampur dengan kemaksiatan, maka itu bukan seni Al Mizan,” tandasnya.
Keempat, seni itu tidak boleh menjauhkan kita dari mengingat Allah SWT. Inilah rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam seni.
Dia pun berharap, melalui panggung gembira ini, semua santri bisa berkolaborasi, berekspresi untuk menumbuh kembangkan kreatifitas, dan membangun sebuah keberagaman untuk menjadi satu kekuatan.
“(Bisa jadi) berbeda itu akan menjadi pecah, tapi tugas kita adalah menjadikan perbedaan sebagai kekuatan yang dapat menjadi unsur dakwah Islam. Sehingga Al Mizan dengan Panggung gembira ini dapat menginspirasi bagi semua,” tuturnya.
Panggung gembira ini dimeriahkan berbagai penampilan santri Al Mizan, mulai dari atraksi Tapak Suci, hadroh, tari saman, gambus, indian dance, modern dance, pantomim, dan campur sari. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni