Sekolah Muhammadiyah Harus Bermazhab Murid Banyak; Liputan Kontributor PWMU.CO dari Kota Surabaya Ali Shodiqin.
PWMU.CO – Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Wiyung Kota Surabaya adakan Pelatihan dan Workshop Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) via online zoom meeting dan offline di SD Muhammadiyah 15 Surabaya, Senin (12/6/23).
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh guru dan karyawan Daarul Huufad, TK Aisyiyah 31, SDM 15, SMPM 17, dan SMAM 9 Surabaya serta anggota majelis Dikdasmen PCM Wiyung.
Ustad Drs Mike Miftachodin MPdI sebagai pemandu acara, menyampaikan tujuan kegiatan ini dilaksanakan sebagai usaha pengembangan strategi peningkatan mutu PPDB dilingkup Perguruan Muhammadiyah Wiyung.
Dilanjutkan materi pertama yang diberikan ustad Drs Samsudin MM, sebagai ketua Majelis Dikdasmen PCM Wiyung, mengawali materi dia membagikan kertas kepada seluruh peserta agar diisi identitas diri, lembaga, dan analisis SWOT nya.
“Diharapkan nanti kita tahu permasalahan yang dihadapi masing-masing lembaga dan nanti kita akan cari solusinya bersama ustad Pahri (pemateri kedua), sehingga target PPDB abnormal sukses 100 persen,1” s`eru ustad Sam, panggilan akrabnya sambil tersenyum penuh harapan.
Sedangkan pada materi kedua diberikan ustad H Pahri SAg MM, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Forum Guru Muhammadiyah (FGM), dia menyampaikan tentang PPDB Abnormal Naik 200 persen.
Harus Bermazhab Murid Banyak
Sebelum materi disampaikan, Ustad Pahri mengajak seluruh peserta berdiri sambil menggerakkan tangan ke atas dan ke samping kiri kanan, “Jika saya berkata Muhammadiyah, bapak ibu jawab yes , sekolah Muhammadiyah, bapak ibu jawab pasti unggul , siapa kita? Bapak ibu jawab guru Muhammadiyah yang mana, ini, guru Muhammadiyah walau gaji besar, tetap semangat,” ungkapnya sambil diikuti seluruh peserta sambil tepuk tangan.
Pahri mengatakan, hidup sekolah Muhammadiyah itu dari PPDB, PPDB sukses pasti sekolah sukses sehingga makmur, sedangkan PPDB gagal pasti sekolah gagal sehingga tidak akan makmur malah hancur.
“Sehingga kita harus bermazhab murid banyak, prestasi nanti. Prestasi sakgunung muride entek percuma. Maka ciri sekolah bagus itu muridnya banyak. Ayo Wiyung bermazhab murid banyak!” tambah mantan Kepala Sekolah SMK 7 (MUTU) Gondanglegi (2008-2022) yang berprestasi internasional tersebut.
Pahri menyampaikan, mengapa kita harus berpikir abnormal, karena zamannya sudah tidak normal lagi, yang tidak normal dihadapi dengan normal pasti hasilnya normal. Tapi abnormal kita hadapi dengan abnormal juga pasti hasilnya luar biasa. Contoh normalnya, pembuatan SK PPDB di bulan Mei.
“Dapat murid atau tidak? Maka kita harus mulai buat SK PPDB abnormal meskipun kita ditertawakan orang banyak. Itu semua harus kita mulai dengan dream, bermimpi dulu, melakukan inovasi. Brand yang baik itu meliputi design, value, trust, strategy, identity maupun logo, serta marketing.
Jurus PPDB Abnormal Naik 200 Persen
Pertama, Mentas (menentukan target siswa). Agar kepala sekolah dan teamwork fokus dan bekerja keras untuk mencapai target.
Kedua, Pesma (pendaftaran sepanjang masa). Sebaiknya sekolah Muhammadiyah membuka PPDB sepanjang masa. Ingat sekolah maju bukan karena kurikulum tapi karena muridnya banyak dan hindari muridnya datang gurunya hilang.
Ketiga, Gesma (Gerakan silaturahim berjamaah). Seluruh pendidik dan tenaga kependidikan digerakkan silaturahim ke rumah calon murid.
Keempat, Persada (Presentasi langsung daftar). Presentasi ke sekolah mengenalkan profil sekolah.
Kelima, Membume (Menjemput bukan menyambut). Tim PPDB harus bekerja tidak normal menjemput calon murid di rumah, sekolah dan media sosial.
Keenam, Bersolek, sekolah Muhammadiyah harus pandai bersolek. Aura sekolah bersih, rapi dan tertata.
Ketujuh, Gemes (Gerakan media sosial). Sekolah Muhammadiyah wajib memanfaatkan kecanggihan media sosial untuk berpromosi.
“Guru yang pintar mengajar belum tentu bisa cari murid, tapi guru yang bisa cari murid pasti pintar mengajar. Maka bapak ibu mari kita mengubah mindset atau nawaitu bukan masalah tempat, lingkungan dan kompetisinya, sehingga PPDB di Wiyung ini berhasil,” imbuh Ustad Pahri, yang juga dosen UM Malang sambil menutup materi. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.