PWMU.CO – Khutbah Idul Adha 2023, Menguji Tingkat Kehambaan Kita; Oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
الحمدُ للهِ الذِي تفضَّل في هذِه الأيَّامِ العَشْرِ علَى كلِّ عبدٍ شَكُورٍ، سُبحانَه غافِرُ الذَّنْبِ وقابِلُ التَّوبِ شَديدُ العِقَابِ، نَحْمَدُهُ عَلَى نِعَمٍ أَتَمَّهَا، وَعَافِيَةٍ أَسْبَغَهَا، وَمِحَنٍ رَفَعَهَا، وَكُرُوبٍ كَشَفَهَا، وَنَشْكُرُهُ عَلَى مَا شَرَعَ لَنَا مِنَ المَنَاسِكِ، وَمَا عَلَّمَنَا مِنَ الْأَحْكَامِ وَالشَّرَائِعِ، وَلَوْلَاهُ سُبحانَه لَضَلَلْنَا.
وَأَشْهَدُ أَنَّ محمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صَاحِبُ الْوَجْهِ الأَنْوَرِ، وَالْجَبِينِ الأَزْهَرِ، وَأَفْضَلُ مَنْ صَلَّى وَزَكَّى وَصَامَ وَحَجَّ وَاعْتَمَرَ، صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا مَدِيدًا وَأَكْثَرَ، أما بعد:
الله أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لا إِلهَ إلاَّ اللهُ، واللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وللهِ الْحَمْدُ.
Ma’asyiral muslimin rahima kumullah
Pada hari ini kita berada dalam Yaumun Nahr, hari yang sangat dimuliakan dan diagungkan oleh AllahSubhanahu wa Ta’ala, di mana hari ini kemudian disusul dengan hari tasyrik yaitu hari-hari di mana kita justru diharamkan berpuasa. Itu menunjukkan bahwa hari ini adalah hari istimewa bagi setiap hamba karena seiring dengan itu hari ini adalah hari di mana kita diperkenankan untuk berpesta. Walaupun dalam menjalaninya kita jangan sampai bersifat tabdzir atau boros dan isyraf atau berlebih-lebihan.
كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٣٧
“…Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (al-Hajj: 37)
Ayat di atas mengisyaratkan agar kita mengagungkan Allah atas hidayah yang Allah berikan kepada kita. Tanpa adanya hidayah-Nya maka manusia tidak akan dapat mengetahui secara pasti akan kebenaran. Jadilah manusia hidup berdasarkan persepsi masing-masing akan kebenaran, maka yang terjadi pasti nafsu manusia akan berperan secara dominan, nafsu-nafsu tersebut satu sama lainnya akan saling berbenturan, dan akibat berikutnya akan dapat kita saksikan sendiri.
Kehambaan Itu Hanya kepada Allah
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُون
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (adz-Dzariyat: 56)
Dalam ayat di atas, bukan hanya manusia, jin pun juga diciptakan dalam rangka supaya mereka menghambakan diri kepada Allah semata. Dengan demikian manusia dilarang merasa dirinya hebat, merasa mulia, merasa terhormat dan merasa lebih lainnya. Karena hakekat penghambaan berarti secara totalitas semua yang melingkupi dirinya adalah dalam gerak sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Seberapa besar tingkat seseorang hamba dapat lulus dengan baik terhadap ujian, terutama saat mendapatkan ujian berupa kelebihan kemampuan, kelebihan secara finansial, kelebihan kapasitas keilmuannya, kelebihan bentuk fisiknya dan seterusnya. Jika semua itu dianggapnya sebagai kehebatan dirinya dan tidak menyadari bahwa semua itu anugerah sekaligus Amanah dari Allah, maka yang akan terjadi ia akan menjadi sombong, kikir dan sifat buruk lainnya. Dengan demikian ia tidak lulus dengan ajian ini.
Dengan berbagai ujian ini, khususnya di hari nahr dan hari tasyrik ini kita diuji untuk diketahui siapa yang benar-benar imannya jujur dalam kebenaran iman, mana yang justru dusta atas namanya imannya. Ujian ini adalah ujian kehambaan seorang hamba, apakah ia menghamba kepada Allah secara tulus ataukah menghamba kepada selain Allah yakni menghamba kepada nafsunya.
أَفَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلۡمٖ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمۡعِهِۦ وَقَلۡبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةٗ فَمَن يَهۡدِيهِ مِنۢ بَعۡدِ ٱللَّهِۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (al-atsiyah: 23)
Orang-orang yang telah menghamba kepada nafsunya dia tidak akan dapat bersikap obyektif, karena itu ia tidak akan dapat melihat kebenaran, telinganya dan hatinya terkunci, penglihatannya tertutup, maka ia menjadi tuli, bisu dan buta, dan begitulah keadaan mereka di akhirat nanti.
وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةٗ ضَنكٗا وَنَحۡشُرُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ أَعۡمَىٰ
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (Thaha: 124)
Taat pada Allah
Allahu Akbar! 3x walillahilahamd
Betapa mengerikannya ancaman bagi orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya menjadi tuhannya. Di dunia ia belum tentu b ahagia di akhirat sudah jelas nasibnya. Maka pilihan kita adalah menaati Allah dan rasul-Nya maka kebahagiaan itu pasti didapatkan. Bagi siapa yang saat ini yang mampu berkorban, dan belum terbersit untuk turut berkorban maka segeralah berkorban karena masih ada tiga hari ke depan sebagai hari tasyrik, insyaallah akan mendapatkan ganti yang lebih besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukankah semua rezeki kita dari Allah, lalu mengapa kita kikir terhadap apa yang telah Allah anugerahkan kepada kita?
Berkorban dengan ketakwaan merupakan landasannya. Oleh karena itu yang kita korbankan terutama adalah dominasi nafsu kita yang sudah tidak boleh lagi terlalu dominan mengarahkan hidup kita, akan tetapi nafsu ini harus ditundukkan pada ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Di situlah kehambaan ini akan mutlak hanya kepada Allah semata sebagaimana isyarat dari surah adz-Dzariyaat ayat 56 dia atas.
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (alHajj: 37)
Daging-daging korban itu silakan sebagian dinikmati bagi pengorban dan dibagikan kepada lainnya. Jika kepada fakir miskin itu adalah sedekah dan bagi yang mampu itu adalah hadiah. Hari itu adalah hari yang berbahagia, maka tidak boleh ada ketamakan di dalamnya, jangan sampai di antara umat ini yang tidak dapat merasakan kebahagiaan karena tidak mendapatkan bagian disebabkan ada yang tamak.
Semoga kita semua dijadikan oleh sebagai hamba-Nya yang tetap istikamah dalam mempertahankan keimanannya sekaligus mampu membuktikan keimanan ini dengan ketaatan kepada-Nya dan juga kepada Rasul-Nya. Amin
اللَّهُمَّ احْفَظْ حُجَّاجَ بَيتِكَ الْـحَرَام مِنْ كُلِّ مَكْرُوهٍ وَسُوءٍ، اللَّهُمَّ أَعِدْهُمْ إِلَى دِيَارِهِمْ وَأَبْنَائِهِمْ سَالِمِينَ غَانِـمِينَ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ حَجَّهُمْ، وَاغْفِرْ ذُنُوبَهُمْ، وَاجْعَلِ الْجَنَّةَ جَزَاءَهُمْ، الَّلهُمَّ احْمِ بِلَادَنَا وَسَائِرَ بِلَادِ الإِسْلَامِ مِنَ الفِتَنِ، وَالمِحَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ.
لَّلهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُ وَتَرْضَى، وَخُذْ بِنَاصِيَتِهِ لِلْبِرِّ وَالتَّقْوَى، الَّلهُمَّ احْقِنْ دِمَاءَ أَهْلِ الإِسْلَامِ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى حُدُودِ بِلَادِنَا، اللَّهُمَّ اِجْعَلْهُ عِيدَ عِزٍّ، وَنَصْرٍ، وَتَمْكِينٍ، اللَّهُمَّ أَعِدْهُ عَلَينَا، وَعَلَى المُسْلِمِينَ بِاليُمْنِ وَالإِيمَانِ، وَالسَّلاَمَةِ والإِسْلَامِ وَتَقَبَّلَ مِنَّا وَمِنَ المُسْلِمِينَ صَالِحَ الأَعْمَالِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِينَ، وَالحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِينَ، وَالحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ.
Khutbah Idul Adha 2023: Menguji Tingkat Kehambaan Kita; Editor Mohammad Nurfatoni